1. Pengertian
Posyandu adalah suatu strategi yang tepat untuk
melakukan intervensi pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan
perkembangan anak.
Posyandu merupakan kegiatan oleh masyarakat akan
menimbulkam komitnmen masyarakat, terutama para ibu, dalam menjaga kelestarian
hidup sekitar tumbuh kembang anak dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan
demikian masyarakat tidak akan selalu bergantung pada pemerintah dan suatu
saatb akan mandiri. Kemandirian masyarakan akan membawa dampak kemandirian
keluarga, ibu dan individu.
Posyandu merupakan suatu bentuk keterpadduan pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana yang akan di laksanakan di tingkat dusun dalam
wilayah kerja masing-masing puskesmas.
2. Tujuan
posyandu
Tujuan operasional.
·
Meluaskan jangkauan kegiatan program
·
Meningkatkan cakupan kegiatan program
·
Untuk lebih mendekatkan pelayanan
kesehartan kepada masyarakat.
Tujuan
jangka panjang atau tujuan akhir.
·
Untuk dapat menurunkan angka kematian
bayi atau invant mortality rate.
·
Untuk dapat menurunkan angka kelahiran
atau birth rate.
·
Penurunan angka kematian ibu bersalin
3. Program
dan Sasaran posyandu
Program
a. KIA
Indikator yang
strategis untuk mewakili kegiatan pokok KIA adalah pemeriksaan ibu hamil dan
cakupan TT2, mengamati perkembangan dan pertumbuhan dengan anak-anak balita,
memberikan nasehan tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena
kekurangan protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makan tambahan,
memberikan pelayan KB pada PUS, merujuk ibu atau anak-anak yang memerlukan
pengobatan, dan mengadakan latihan untuk dukun bersalin.
b. KB
Mengadakan penyuluhan
KB baik di puskesmas maupun pada saat mengadakan kunjungan rumah, posyandu,
pertemuan dengan kelompok masyarakat di dusun (PKK, desa wisma, dsb). Termasuk
dalam kegiatan untuk PUS, menyediakan alat-alat untuk kontrasepsi, mengadakan
kusus keluaraga berencana pada dukun bersalin. Dukun di harapkan bisa dan
bersedia menjadi motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan dukun.
c. P2M
(pemberantasan penyakit menular)
Survei epidemiologi
untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk
memberikan perlindungan kepada kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah
terjadinya penularan penyakit seperti TBC, tetanus, difteri, batukirejan
(pertusis, polio nyelitis, campak dan hepatitis
B, pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan yang menggunakan
insektisida, fogging, dan abatisasi untuk DHF, oiling, drinage, genangan air
dan perbaikan sistem pembuangan sampah untuk pembarantasan malaria.
d. Upaya
peningkatan gizi
Memantau pertumbuhan
anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan, di puskesmas atau di
posyandu. Melakukan pemeriksaan HB dan BB ibu hamil secara rutin, mengembangkan
kegiatan perbaikan gizi, bekerja sama dengan masyarakat setempat, sektor agama,
pertanian, peternakan, dan penerangan yang ada di tingkat kecamatan,
masyarakat, pembagian vit A untuk 2 X
setahun, tablet besi untuk ibu hamil bersifat suplemen dan pemberian obat
cacing untu anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.
Sasaran
a. Ibu
hamil
b. Ibu
menyusui
c. pasangan
usia subur
d. balita
4. Sistem
Pelayanan Terpadu
Sebelum membahas sistem yandu, perlu
dipahami lebih dahulu tentang batasan sebuah sistem, komponen – komponen sebuah
sistem dan bagaiamana pemanfaatan sistem untuk digunakan mengkaji program
kesehatan.
Sistem adalah suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan
yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari in – put, proses, out – put,
efffect, out come dan mekanisme umpan baliknya. Hubungan antara komponen –
komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan lingkungan.
INPUT yaitu sumber daya atau masukan
yang di konsumsikan oleh sistem Sumber Daya suatu sistem adalah man, money,
material, method, minute, dan market, di singkat dengan 6M.
Sumber daya manusia ( orang ) untuk
sistem program yandu adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan
pelayanan, kecamatan, kelurahan, kader, permukaan masyarakat dsb :
a. Money
adalah dana yang dapat di gali dari swadaya masyarakat dan yang di subsidi oleh
pemerintah : material adalah vaksin, jarum, penyimpanan, vaksin ( cold chain ),
cara pengisian KMS cara menimbang, cara memberikan vaksin, cara mencampur
oralit
b. Cara
mencatat dan melaporkan data, cara memberikan penyuluhan dan sebagainya :
minute adalah waktu yang di sediakan oleh staf puskesmas untuk suatu kegiatan
yandu dsb : market adalah masyarakat dan faktor – faktor yang mempengaruhinya
seperti lokasi kegiatan yandu, transpor, sistem kepercayaan masyarakatdi bidang
kesehatan,dsb.
Proses yaitu kegiatan sistem. Melalui
proses akan di ubah input menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu
adalah semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan
kelompok penduduk sasaran yang dilakukan oleh staf Puskesmas dan kader, di
laksanakannya yandu di lapangan sampai dengan evaluasinya. Kegiatan Yandu yang
di laksanakan di lapangan ( POSYANDU ) menggunakan mekanisme “ lima meja “
dengan urutan yang dimulai dari penyuluhan berkelompok, penimbangan balita,
pencatatan KMS, pelayanan untuk ibu hamil, ibu meyusui dan PUS tentang KB,
sampai dengan vaksinasi.
Output adalah hasil langsung (
keluaran ) suatu sistem. Yang menjadi output dalam sistem pelayanan terpadu
adalah produk program yandu. Dalam hal ini, yang di maksud dengan produk adalah
cakupan kelima program yandu untuk masing – masing kelompok penduduk sasaran.
Cakupan program yandu terdiri dari jumlah anak yang di timbang, jumlah bayi dan
ibu hamil yang di imunisasi, jumlah PUS yang di berikan pelayanan KB.
Effect : hasil yang tidak langsung
yang pertama dari proses suatu sistem. Pada umumnya effect suatu sistem dapat
di kaji pada perubahan pengetahuan, sikap prilaku kelompok masyarakat yang di
jadikan sasaran program.
Out come adalah dampak atau hasil
tidak langsung dari proses suatu sistem. Out come sistem pelayanan terpadu
adalah penurunan kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang bisa di cegah
dengan imunisasi, penurunan fertilitas PUS, dan jumlah balita yang kurang gizi,
dsb. Turunnya IMR dan BB adalah out come sistem pelayanan terpadu yang penting
karena keduanya merupakan indikator yang paling peka untuk menentukan status kesehatan masyarakat di suatu wilayah
( propinsi / nasional ).
GAMBAR
SEBUAH SISTEM
5. Manajemen
program Yandu
Fungsi
manajemen yang dipakai sebagai pokok bahasan dalam buku ini adalah perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan – pelaksanaan dan pengawasan. Tiga prinsip pokok
penerapan asas – asas manajemen pada
pengembangan program kesehatan adalah upaya peningkatan efisiensi penggunaan
sumber daya untuk menunjang pelaksanaan program, peningkatan efektifitas
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target program, dan setiap pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara rasional karena sudah di dasari pemanfaatan
data secara tepat.
Untuk
lebih jelasnya bagaimana penerapan keempat fungsi manajemen tersebut pada
program pelayanan terpadu, berikut ini akan di jelaskan keempat fungsi manajemen tersebut.
Perencanaan
:
Dari
kempat rangkaian fungsi manajemen tersebut, perencanaan merupakan fungsi yang
terpenting karena merupakan awal dari arah proses manajemen posyandu
secarakeseluruhan. Perencanaan di mulai dengan sebuah ide atau perhatian yang
khusus yang khusus di tujukan untuk situasi tertentu. Perencanaan program yandu
di mulai di tingkat puskesmas. Perencanaan program yandu bersifat operational
karena langsung akan di implementasikan ( di laksanakan) di lapangan.
Perencanaan
program yandu terdiri dari 5 langkah penting, yaitu :
a. Menjelaskna
berbagai masalah
Untuk dapat menjelaskan
masalah program yandu di perlukan upaya analisa situasi. Sasarana analisa
situasi adalah berbagai aspek penting dalam pelaksanaan program yandu di
berbagai wilayah, khususnya wilayah binaan puskesmas. Aspek yang di nilai
meliputi aspek epidemologis masalah kesehatan, aspek demografis, aspek
geografis, aspek sosial ekonomi, dan aspek organisasi pelaksana program. Dari
analisa situasi ibu akan di hasilkan berbagai macam data. Data inilah yang dapat
di pakai untuk merumuskan dan menjelaskan
berbagai masalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan program yandu.
Aspek epidemologis program yandu
yang perlu di analisa adalah data kejadian dan keadaan masalah kesehatan kelima
jenis pelayanan yandu yang di alami oleh penduduk sasaran program di wilayah
binaan puskesmas. Misalnya data tentang jenis penyakit yang dapat di cegah
dengan imunisasi atau tingkat fertilitas PUS. Data ini dapat di peroleh dati
hasil pencatatan rutin puskesmas baik yang di kumpulkan dari dalam maupun dari
luar gedung puskesmas. Data yang di peroleh di olah dengan menggunakan prinsip
– prinsip epidemologi yaitu kelompok penduduk sasaran ( who ) yang menderita kejadian tersebut, wilayah mana (where), dan kapan (when) masalah tersebut
terjadi. Faktor – faktor lain yang ikut mempengaruhi masalah kejadian tersebut
dikaji lagi dengan menganalisa hasil cakupan kelima program, dan tinjauan adpek
demografi,geografi, sosial ekonominya dan aspek organisasi pelayanannya.
Aspek
demografis masalah program yandu meliputi distribusi penduduk sasaran program
berdasarkan kelompok umur (0-1th, 1-2th,2-4th,4th), jumlah kelahiran dan
kematian bayi dan balita, jumlah kematian ibu karena kelahiran.
Aspek
geografis masalah program yandu adalah semua informasi tentang karakteristik
wilayah yang dapat mempengaruhi terjadinya masalah tersebut seperti keadaan
alam.
Aspek
sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi secara tidak langsung timbulnya maslah
program yandu, adalah tingkat pendidikanpendapatan, norma – norma sosial dan
sistem kepercayaan masyarakat. Aspek iniakan berpengaruh pada partisipasi di
posyandu baik secara langsung maupun tidak. Aspek organisasi pelayanan meliputi
motivasi kerja staf dan kader, keterampilannya, persediaan vaksin, alat KB,
obat – obatan dan sarana lainnya, jadwal yang dibuat, pemanfaatan data,
koordinasi pelaksanaan program, dsb. Aspek ini merupakan yang penting dari
semua aspek masalah pelaksaan program karena sifat masalah ini adalah masalah
manajerial dan staf puskesmas. Masalah ini akan mempengaruhi kinerja pelaksaan
posyandu bila tidak segera terpecahkan.
Data
kelima aspek masalah program yandu tersebut dapat diperoleh dari laporan rutin
staf, baik lisan maupun tertulis, hasil supervisi dan observasi lapangan dan
analisa data sekunder. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk
dijadikan informasi yang siap digunakan untuk perencanaan pembangunan program
yandu. Proses pemanfaatan data dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Semua
aspek masalah program yandu dikaji kembali dan kemudian dikelompokan menjadi
masalah kesehatan, masalah perilaku masyarakat, masalah lingkungan dan masalah
organisasi pelayanan (manajerial). Dengan mengetahui jenis masalah dan faktor
yang mempengaruhinya, akan dapat diketahui upaya apa yang perlu dilakukan oleh
pimpimnan bersama staf Puskesmas untuk mengatasi hambatan timbulnya masalah
tersebut.
PROSES
PEMANFAATAN DATA UNTUK PERENCANAAN
|
PEMANFAATAN STATISTIK DAN EPIDEMIOLOGIS
|
MASALAH UNTUK PENYUSUNAN RENCANA
|
Keterampilan
yang diperlukan untuk mampu merumuskan dan mengidentifikasi masalah program
yandu adalah teknik identifikasi masalah, dasar – dasar epidemiologi dan
statistik deskriptip.
b. Menentukan prioritas masalah
Penetapan
prioritas masalah adalah sebuah keharusan karena begitu kompleknya masalah dan
keterbatasannya sumber daya yang tersedia. Semua masalah yang telah
diidentifikasi kemudian ditentukan prioritasnya. Prioritas masalah dijadikan
dasar intuk menentukan tujuan perencanaan program. Prioritas masalah secara
praktis dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman staf, jumlah dana yang
tersedia, dan mudah tidaknya masalah itu dipecahkan. Prioritas pembinaan
program juga dapat diarahkan ke wilayah tertentu berdasarkan cakupan
program dan tingkat partisipasi
masyarakat yang paling rendah.
c. menetapkan tujuan dan indikator
keberhasilannya.
Apabila
prioritas program dan wilayah binaan sudah ditetapkan, langkah selanjutnya
adalah menetapkan tujuan dan target masing – masing program berdasarkan jumlah
penduduk sasaran di suatu wilayah kelima program yandu.
d. mengkaji hambatan dan kendala
Sebelum
menetapkan tolak ukur, perlu dipelajari dahulu hambatan – hambatan program
kesehatan yang pernah dialami atau yang pernah diperkirakan dapat terjadi, baik
yang bersumber dari masyarakat, lingkungan , Puskesmas maupun sektor-sektor
lainnya di tingkat kecamatan. Telitilah sumber daya (sarana dan dana) yang
tersedia dan kebijaksanaan Dinas Kesehatan
dan instansi kecamatan sebelum Rencana Kerja Operasional (RKO) disusun. Semua
sektor yang diikut sertakan mempunyai sumber daya tertentu yang dapat
dimanfaatkan yandu. Kunci utama keberhasilan pengembangan program yandu adalah
tumbuhnya partisipasi masyarakat.
e. menyusun rencana kerja operasional
Dengan Rencana Kerja
Operasional(RKO) akan memudahkan pimpinan mengetahui sumber daya yang
dibutuhkan dan sebagai alat untuk pemantauan program secara menyeluruh .
menyusun RKO atau plan of action (POA)
program yandu dapat menggunakan contoh format di bawah ini.
PENGORGANISASIAN
Dari
struktur organisasi puskesmas dapat diketahui mekanisme pelimpahan wewenang
dari pimpinan kepada staf sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan. Dalam
lokakarya mini biasanya dihasilkan kesepakatan kerja sama secara tertulis
diantara staf untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing. Berdasarkan wewenang
dan keterampilan yang dimiliki oleh staf, mereka diminta untuk membentuk
kelompok-kelompok sebaiknya disesuaikan dengan jumlah staf yang dimiliki oleh
puskesmas dan jumlah kelompok yang diperlukan. Setiap kelompok dikoordinir oleh
seorang staf senior. Mereka bertugas membina beberapa posyandu di tingkat desa.
Staf ini akan mengembangkan koordinasi kegiatan pelaksanaan program yandu
(komitmen tugas) dilapangan sesuai dengan beban tugas rutin lainnya dipuskesmas
(komitmen waktu).
Kelompok kerja ini bertugas
mempersiapkan kegiatan posyandu. Mereka bersama kader akan memberikan pelayanan
posyandu , membuat laporan, menganalisa cakupan dan mengevaluasi pelaksanaan
program dilapangan .
PERGERAKAN PELAKSANAAN
Melalui
loka karya mini puskesmas, kesepakatan kerjasama lintas program dan
sektoraldapat dirumuskan. Perwujudan kerjasama lintas sektoral akan ditentukan
olehperan camat dapat ketua pergarakan PKK di tingkat kecamatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
melestarikan pelaksanaan program yandu adalah:
Ø Kembangkan
mekanisme kerjasama yang positif antara dinas – dinas sektoral di tingkat
kecamatan, antara staf (puskesmas sendiri dan antara puskesmas dan organisasi
formal dan informal di tingkat desa / dusun)
Ø Gali
potensi masyarakat dan kembangkan kerjasama yang ada (terutama dengan PKK),
untuk dapat menunjang kegiatan program yandu
Ø Kembangkan
motivasi staf dan kader kesehatan
sebagai anggota kelompok kerja program yandu, sehingga peran serta mereka yang
optimal dapat tingkatkan untuk menunjang
pelaksanaan program yandu. Dalam hal ini, hubungan antara manusia perlu terus
dikembangkan untuk menjamin tumbuhnya suasana kerja yang harmonis dan
merangsang inisiatif anggota kelompok kerja posyandu.
6. Penilaian keberhasilan program yandu
Pada penjelasan fungsi pengawasan telah disinggung
penggunaan targetdan standar untuk kerja staf dan kader sebagai tolok ukur
menilai keberhasilan pelaksanaan program yandu dilapangan. Jumlah penduduk
sasaran dapat dihitung secara langsung oleh staf puskesmas melalui pencatatan
data jumlah penduduk sasaran yang ada di Desa atau dusun (penduduk nyata atau
rill). Penduduk sasaran program yandu lebih sering di hitung berdasarkan
perkiraan (estimasi). Estimasinya ditetapkan oleh Dinas kesehatan tingkat 1
atau kanwil depkes. Jumlah penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari
jumlah penduduk yang dihitung dengan menggunakan estimasi sehingga hasil
analisa cakupan program di puskesmas selalu jauh lebih rendah. Atas dasar
perbedaan antara jumlah penduduk sasran di cari langsung (riil). dengan yang
diperkirakan (estimasi) . estimasinya ditetapkan oleh dinas kesehatan tingkat I
atau Kanwil Depkes. Jumlah penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari
jumlah penduduk yang dihitung dengan menggunakan estimasi sehingga hasil
analisa cakupan program di Puskesmas selalu jauh lebih rendah. Atas dasar
perbedaaan antara jumlah penduduk sasaran yang dicari langsung (riil) dengan
yang diperkirakan (estimasi), perhitungan cakupan dengan menggunakan kedua
jenis penduduk sasaran tersebut sebagai pembaginya, akan memberikan hasil yang
berbeda. Contoh : perhitungan cakupan dan teknik analisanya
Dalam usaha peningkatan efisiensi dan
efektifitas penatalaksanaan program yandu , staf puskesmas perlu dilatih
keterampilan dan ditingkatkan kepekaannya mengkaji masalah program dan masalah
kesehatan masyarakat yang berkembang di wilayah binaannya. Keterampilan seperti
ini dapat dilatih secara langsung pada saat supervisi. Mereka juga diarahkan.
INPUT
: Masukkan dan persiapan yang diatur dan disesuaikan dengan tujuan dan
sebagainya), minute (jangka waktu pelaksanaan kegiatan program), Market
(sasaran masyarakat yang akan diberikan pelayanan program (kelompok masyarakat
dan persepsi)
PROCEES
: Perencanaan (P1), Pengorganisasian
(P2), Pergerakkan dan pelaksanaan program , Pengawasan dan Pengendalian (P3)
untuk kelancaran kegiatan (kegiatan pokok dan kegiatan terintegrasi) dari
program Puskesmas (Pengobatan , Lab, KIA, KB, P2M ,Usaha Peningkatan Gizi
masyarakat , Kesehatan Lingkungan , PKM).
OUT_PUT : Cakupan kegiatan
program : jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan kesehatan
(memerator) dibandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran
program (denominator). Pelayanan yang diberikan sesuai dengan program Puskesmas
(conmprehensive health care services yaitu Promotive, Preventive,
Rehabilitative dan terminal stage health care) .
EFFECT
: Perubahan pengetahuan , sikap, perilaku masyarakat yang diukur dengan peran
serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.
OUT_COME (IMPACT)
: Dampak program dengan peningkatan status kesehatan masyarakat . ada 4
indikator yaitu tingkat dan jenis morbiditas (kejadian sakit), mortalitas
(tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab penyakit tertentu. Indikator yang
paling peka untuk menentukan status kesehatan masyarakat di suatu wilayah : IMR
dan MMR), fertilitas (tingkat kellahiran, tingkat kesuburan) handicap (keacacatan)
(dampak program ini tidak diukur langsung oleh pihak puskesmas, melainkan oleh
Depkes RI, BKKBN atau lembaga lain melalui survei kesehatan rumah tangga
(SKRT), Survei demografi kesehatan indonesia (SDKI) yang di lakukan 5 tahun
seklali.
7. Mekanisme
Pembinaan Posyandu
Pembinaan posyandu dilakukan oleh
sektor-sektor yang terkait dalam pengembangan posyandu, dengan mempergunakan
struktur dan pembinaan LKMD dan PKK. Jalan yang digunakan adalah melalui tim
pembina LKMD di semua jenjang administrasi. Ini dapat dikembangkan dari pos-pos
yang telah ada seperti pos timbang, pos imunisasi, desa. Suatu posyandu
sebaiknya melayani kira-kira sertaus balita (120 KK) atau sesuai dengan
kemampuan petugas setempat, keadaan geografis sekitar sekelompok rumah, jumlah
PKK dalam suatu kelompok dan sebagainya.
B.
PENYELENGGARAAN POSYANDU
Penyelenggaraan yang dilakukan oleh
kader yang terlatih di bidang kesehatan, berasal dari PKK, tokoh masyarakat,
pemuda, dll dengan bimbingan tim pembina PKMD tingkat kecamatan. Posyandu
direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama KKL LKMD ( kelompok kerja LKMD
di tingkat kedukuhan) dengan bimbingan tim LKMD tingkat kecamatan. Posyandu
direncanakan dan di kembangkan oleh kader bersama KKL LKMD (kelompok kerja LKMD
di tingkat kedukuhan) dengan bimbingan tim LKMD tingkat kecamatan.
Penyelenggaraan dilakukan oleh kader
yang terlatih di bidang kesehatan, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda
dan lain-lain dengan bimbingan tim pembina PKMD tingkat kecamatan.
Posyandu dapat melayani semua
anggota masyarakat, terutama :
·
Bayi (0-1 tahun)
·
Anak balita
·
Ibu hamil
·
Ibu menyusui
Posyandu
sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat sendiri,
dengan demikian kegiatan Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang
telaha ada, rumah penduduk, kepala dusun, tempat pertemuan RT/RK atau di tempat
khusus dibangun masyarakat.
Penyelenggaraan
dilakukan dengan “SISTEM LIMA MEJA” yang dapat dijabarkan sebagai beirikut :
MEJA
I : Pendaftaran +Penyuluhan Kelompok
MEJA
II : Penimbangan bayi
dan anak balita
MEJA
III : Pencatatan
(pengisian KMS,dll)
MEJA
IV : Pelayanan
1.
Sistem
5 Meja
Meja I : Meja pendaftaran + penyuluhan kelompok
Ø Mendaftar
balita, ibu hamil, ibu menyusui
Ø Setiap
pengunjung yang datang ke Posyandu didaftarkan oleh kader sendiri.
Ø Para
pengunjung secara kelompok lebih kurang 10-15 pengunjung diberikan penjelasan
secara bertahap, tidak perlu menunggu berkumpulnya seluruh pengunjung.
Ø Penyuluhan
kelompok diutamakan oleh kader sendiri secara tepat dan benar dengan bimbingan
petugas puskesmas.
Ø Sewaktu-waktu
penyuluhan juga oleh petugas kesehatan dan petugaslintas sektor (misalnya :
pertanian, BKKBN, Dikmas dan lain-lain.
Ø Materi
penyuluhan : tentang ”Yandu” dan Topik yang sangat relevan pada waktu itu.
Ø Disesuaikan
dengan alat peraga.
Ø Pada
waktu menunggu dilanjutakan kreatifitas dan inisiatf kader untuk
menyelenggarakan / menyediakan alat
permainan edukatif (APE) dan lebih baik lagi kalau buatan kader sendiri
misalnya balok-ballok mainan dari tanah liat dan sebagainya.
Ø APE
berguna untuk meningkatkan keterampilan alat-alat permainan secara sederhana,
misalnya ayunan dari ban bekas dll. Hal ini menarik anak datang ke posyandu.
Meja II : Meja Penimbangan
Ø Menimbang
belita.
Ø Penimbangan
dilaksanakan oleh kader.
Ø Penambangan
dilakukan bagi bayi dan balita dilaksanakan sebulan sekali.
Ø Ada
juga posyandu yang menambah kegiatan di meja II : penimbangan untuk ibu hamil.
Ø Alat
timbangan diusahakan oleh kader sendiri atau berupa bantuan
Ø Yang
perlu ditingkatkan adalah : tempat duduk timbangan yang nyaman dan cukup untuk
memenuhi syarat etis dan sebagainya
Ø Hasil
penimbangan di catat dan dibawa ke Meja III
Meja III : Meja
Pencatatn
Ø Mencatat
hasil penimbangan
Ø Pencatatan
oleh kader : dengan bimbingan petugas puskesmas
Ø Semua
hasil penimbangan, hasil imunisasi penyakit yang di derita, pemberian kapsul
Vitamin A dosis tinggi, dan lain-lain dicatat oleh KMS (Kartu Menuju Sehat)
Ø Selain
itu ada : buku-buku bantuan (buku register dan lain-lainbuku catatan)
Meja IV : Meja
Penyuluhan dan Penerangan
Ø Menyuluh
ibu berdasar hasil penimbangan anaknya
Ø Memberikan
pelayanan gizi kepada ibu balita, serta ibu hamil.
Ø Penyuluhan
penberangan dilakukan oleh kader, tergantung dari jenis kasus individu.
a. Mengenai
balita berdasarkan hasil penimbangan berat badannya naik atau tidak naik,
diikuti dengan pemberian makanan (PMT), oralit dan vitamin A dosis tinggi
b. Terhadap
ibu hamil diberikan tablet besi, ibu hamil resiko tinggi di rujuk kepada
petugas puskesmas
c. Terhadap
PUS agar enjadi peserta KB lestari di ikuti dengan pemberian kondom, pil
ulangan atau tablet biasa.
Meja V : Meja Pelayanan
Ø Pelayanan
oleh tenaga propesional, meliputu pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan
dan pelayanan lain sesui dengan kebutuhan
Ø Di
meja V diberikan pelayanan yang sifatnya profesional yang tidak dapat dilakukan
kader
Ø Rujukan
kasus dari kader dirujuk di meja C
tersebut.
Ø Intertie
IUD deberikan bila tempatnya memenuhi syarat.
2. Peranan
Tenaga Kesehatan Di Posyandu
Sebagai
mana diketahui Posyandu ada 3 hal pokok yang menggambarkan keterpaduan, yakni :
1) Keterpaduan
antar program
2) Keterpaduan
antar masyarakat (kader) dan petugas profesional
3) Keterpaduan
lintas sektoral
Jelaskan
bahwa petugas profesional (dokter puskesmas, PK,bidan, perawat, PKE, PKC, juru
imunisasi, sanatarian, dan lain-lain) adalah sebagai :
1) Pemberi
bimbingan teknis
2) Pemberi
layanan medis dan pengayoman medis
3) Pemberi
pelayanan rujukan dari kader
Bimbingan teknis :
Memberitahu dan
memberikan contoh trntang :
Ø Cara
menimbang dengan benar
Ø Cara
memberi oralit LGG (Larutan gula garam dengan benar)
Ø Cara
memberikan vitamin A (tablet) dosis tinggi dengan benar.
Ø Cara
penyuluhan (PKM) yang benar
Pelayanan medis :
Ø Diselenggarakan
imunisasi bagi bayi
Ø Memberikan
suntikan tambah darahh
Ø Memberikan
suntikan KB, Intertie IUD, pil baru
Ø Pengambilan
sediaan untuk pemeriksaan PAP SMEAR.
Ø Pelayanan
pengobatan umum dan gizi, dll. Tergantung kasus yang dijumpai, jadi seorang PK
merupakan tulang punggung pemeriksaan, binaan.
Posyandu sebagai tangan kanan dokter
Puskesmas bila dokter itu tidak hadir, bertindak sebagai pimpinan tim staf yang
ada di bagi beberapa tim untuk membina wilayah sesuai konsep lokakarya mini
puskesmas.
3. Strata
Posyandu dan Intervensi
Posyandu
Pertama
Kegitaan belum rutin
tiap bulan, kader aktif terbatas, belum mantap, pelatihan kader
dan penambahan kader.
Posyandu
Madya
Cakupan program utama
(KB, KIA,< gizi dan imunisasi) < 50% , pergerakan PSM secara aktif.
Posyandu
Purnama
Kegiatan >8x/th,
kader 5 atau lebih, cakupan program utama > 50%, program tambahan + dana
sehat sederhan.
Posyandu
Mandiri
Danan sehat lebih menjangkau 50% KK
diarahkan ke JPKM
4. Pembagian
Kerja Kader di Posyandu
Ketua
Ø Memberi
pengarahan dan perintah kepada anggota untuk mencapai tujuan
Ø Membuat
Keputusan Tentang Kegiatan
Ø Memimpin
rapat aggota tim
Ø Memecahkan
masalah
Bendahara:
Ø Buat
rencana penerimaan dan pengeluaran uang
Ø Membuat
pembukuan keuangan
Ø Membuat
laporan keuangan untuk sekretaris dan masyarakat
Pendaftaran
Ø Melakukan
pendataan balita dan ibu hamil serta PUS dan RW nya
Ø Mencatat
kunjungan setiap posyandu
Ø Melaporkan
kepada sekretaris tiap satu bulan sekali
Penimbangan
Ø Menyiapkan
peralatan penimbangan dan merawatnya
Ø Menyiapkan
PMT dan perlengkapan posyandu dan penimbangan
Pencatatan
Ø Membuat
pencatatan hasil penimbangan dalam KMS
Ø Menyediakan
KMS setiap hari kegiatan posyandu
Ø Membuat
pelaporan pencatatan dalam KMS, berapa bayi, balita yang datang dan menimbang
bayi.
5. SKDN
S :
Jumlah seluruh balita yang tercatat diposyandu
K :
jumlah balita yang memiliki KMS (kartu menuju sehat)
D :
jumlah balita yang datang dan ditimbang
berat badannya
N : jumlah balita yang ditimbang 2
(dua) bulan berturut-turut naik berat badannya, dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS.
Perhitungan
SKDN
Pemantauan status gizi
dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyanduyang
didasrakan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D
(jumlah anak yang berta badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang
ditimbang dalam %) dan D/S (jumlah anak yang ditimbang dibandingkan jumlah anak
yang ada diposyandu dalam &). Peramalan dilakukan dengan mengamati
kecenderungan N/D dan S/D setiap bulan pada wilayah masing-masing kecamatan.
Pemantauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format
laporan yang telah ada.
1.
Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
a. Pengertian
Balita
yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang
berat badannya.
b. Definisi operasional
Balita yang datang dan
ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D)
di posyandu maupun di luar posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
2.
balita yang naik berat badannya
a. definisi operasional
Balita yang naik berat
badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di luar
posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.