Fitri Rahmadhani

Selamat Datang . . .

Rilek's

Tuesday, April 30, 2013

HIV/AIDS PADA IBU HAMIL




HIV/AIDS PADA IBU HAMIL

A.     DEFINISI
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang HIV-positif sebaiknya tidak memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi ketika sang ayah yang HIV-positif, banyak pasangan yang menggunakan pencucian sperma dan inseminasi buatan.
B.     PENULARAN HIV/AIDS DARI IBU KE BAYI
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang dipakai bergantian), 3-5% dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan pemberian ASI.
Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko penularan dapat dikurangi menjadi 8%.

Ibu HIV-positif dapat mengurangi risiko bayinya tertular dengan:
1.      Mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV)
Resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai. Angka penularan hanya 1 persen bila ibu memakai ART. Angka ini kurang-lebih 4 persen bila ibu memakai AZT selama minggu enam bulan terahkir kehamilannya dan bayinya diberikan AZT selama enam pertama hidupnya.
Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.

2.      Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya
Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan. Bila si ibu memakai AZT dan mempunyai viral load di bawah 1000, risiko hampir nol. Ibu dengan viral load tinggi dapat mengurangi risiko dengan memakai bedah Sesar.

3.      Menghindari menyusui
Kurang-lebih 14 persen bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI (PASI, atau formula).
Namun jika PASI tidak diberi secara benar, risiko lain pada bayinya menjadi semakin tinggi. Jika formula tidak bisa dilarut dengan air bersih, atau masalah biaya menyebabkan jumlah formula yang diberikan tidak cukup, lebih baik bayi disusui. Yang terburuk adalah campuran ASI dan PASI. Mungkin cara paling cocok untuk sebagian besar ibu di Indonesia adalah menyusui secara eksklusif (tidak campur dengan PASI) selama 3-4 bulan pertama, kemudian diganti dengan formula secara eksklusif (tidak campur dengan ASI).

C.     INFEKSI PADA BAYI
Jika dites HIV, sebagian besar bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif menunjukkan hasil positif. Ini berarti ada antibodi terhadap HIV dalam darahnya. Namun bayi menerima antibodi dari ibunya, agar melindunginya sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes positif pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi.
Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil tes menjadi negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan.
Sebuah tes lain, serupa dengan tes viral load dapat dipakai untuk menentukan apakah bayi terinfeksi, biasanya beberapa minggu setelah lahir. Tes ini, yang mencari virus bukan antibodi, saat ini hanya tersedia di Jakarta, dan harganya cukup mahal.

D.    KESEHATAN IBU
Penelitian baru menunjukkan bahwa perempuan HIV-positif yang hamil tidak menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak mempengaruhi kesehatan perempuan HIV-positif.
Namun, terapi jangka pendek untuk mencegah penularan pada bayi bukan pilihan terbaik untuk kesehatan ibu. ART adalah pengobatan baku. Jika seorang perempuan hamil hanya memakai obat waktu persalinan, kemungkinan virus dalam tubuhnya akan menjadi resistan terhadap obat tersebut. Hal ini dapat menyebabkan masalah untuk pengobatan lanjutannya.
 Seorang ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan semua masalah yang mungkin terjadi terkait ART:
*               Jangan memakai ddI bersama dengan d4T dalam ART-nya karena kombinasi ini dapat menimbulkan asidosis laktik dengan angka tinggi.
*               Jangan memakai efavirenz atau indinavir selama kehamilan.
*               Bila CD4-nya lebih dari 250, jangan mulai memakai nevirapine.
*               Beberapa dokter mengusulkan perempuan berhenti pengobatannya pada triwulan pertama kehamilan.

E.     CARA PENULARAN HIV/AIDS
  1. Utamanya melalui hubungan seks yang tidak aman ( tanpa kondom ) dengan pasangan yang sudah tertular, baik melalui hubungan seks vaginal, oral, maupun anal ( Anus ).
  2. Memakai jarum suntik bekas dipakai orang yang terinfeksi virus HIV.
  3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi virus HIV.
  4. Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan ditularkan kepada bayinya.
F.      TANDA DAN GEJALA PENYAKIT AIDS 
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
·         Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
·         Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
·         Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
·         System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
·         System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
·         Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

G.    CARA PENCEGAHAN HIV - AIDS
Lima cara pokok untuk mencegah penluaran HIV-AIDS yaitu :
·        Tidak melakukan hubungan seks pra nikah atau hubungan seks bebas baik oral vaginal, anal dengan orang yang terinfekasi
·        Saling setia, hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sah.
·        Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan HIV/AIDS.
·        Tolak penggunaan narkoba ,khususnya narkoba suntik.
·        Jangan memakai jarum suntik bersama.
·        Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
·        Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
·        Wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
·        Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.

H.    PENANGANAN DAN PENGOBATAN AIDS
Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.
Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa.
Pilihan utama adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:
1.      Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral
2.      Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral
3.      Azitromisin 2 gram, peroral
4.      Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular
5.      Ciprofloxacin 500 mg, peroral
6.      Ofloxacin 400 mg, peroral
7.      Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular
Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal.

Pengobatan pada Hamil/menyusui
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai infeksi C. trachomatis.

Monday, April 29, 2013

POSYANDU



1.      Pengertian
Posyandu adalah suatu strategi yang tepat untuk melakukan intervensi pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak.
               Posyandu merupakan kegiatan oleh masyarakat akan menimbulkam komitnmen masyarakat, terutama para ibu, dalam menjaga kelestarian hidup sekitar tumbuh kembang anak dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan demikian masyarakat tidak akan selalu bergantung pada pemerintah dan suatu saatb akan mandiri. Kemandirian masyarakan akan membawa dampak kemandirian keluarga, ibu dan individu.
               Posyandu merupakan suatu bentuk keterpadduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang akan di laksanakan di tingkat dusun dalam wilayah kerja masing-masing puskesmas.
2.      Tujuan posyandu
Tujuan operasional.
·         Meluaskan jangkauan kegiatan program
·         Meningkatkan cakupan kegiatan program
·         Untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehartan kepada masyarakat.
Tujuan jangka panjang atau tujuan akhir.
·         Untuk dapat menurunkan angka kematian bayi atau invant mortality rate.
·         Untuk dapat menurunkan angka kelahiran atau birth rate.
·         Penurunan angka kematian ibu bersalin
3.    Program dan Sasaran posyandu
Program
a.       KIA
Indikator yang strategis untuk mewakili kegiatan pokok KIA adalah pemeriksaan ibu hamil dan cakupan TT2, mengamati perkembangan dan pertumbuhan dengan anak-anak balita, memberikan nasehan tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makan tambahan, memberikan pelayan KB pada PUS, merujuk ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan, dan mengadakan latihan untuk dukun bersalin.
b.      KB
Mengadakan penyuluhan KB baik di puskesmas maupun pada saat mengadakan kunjungan rumah, posyandu, pertemuan dengan kelompok masyarakat di dusun (PKK, desa wisma, dsb). Termasuk dalam kegiatan untuk PUS, menyediakan alat-alat untuk kontrasepsi, mengadakan kusus keluaraga berencana pada dukun bersalin. Dukun di harapkan bisa dan bersedia menjadi motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan dukun.
c.       P2M (pemberantasan penyakit menular)
Survei epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti TBC, tetanus, difteri, batukirejan (pertusis, polio nyelitis, campak dan hepatitis  B, pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan yang menggunakan insektisida, fogging, dan abatisasi untuk DHF, oiling, drinage, genangan air dan perbaikan sistem pembuangan sampah untuk pembarantasan  malaria.
d.      Upaya peningkatan gizi
Memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan, di puskesmas atau di posyandu. Melakukan pemeriksaan HB dan BB ibu hamil secara rutin, mengembangkan kegiatan perbaikan gizi, bekerja sama dengan masyarakat setempat, sektor agama, pertanian, peternakan, dan penerangan yang ada di tingkat kecamatan, masyarakat, pembagian vit A  untuk 2 X setahun, tablet besi untuk ibu hamil bersifat suplemen dan pemberian obat cacing untu anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.
Sasaran
a.       Ibu hamil
b.      Ibu menyusui
c.       pasangan usia subur
d.      balita
4.    Sistem Pelayanan Terpadu
            Sebelum membahas sistem yandu, perlu dipahami lebih dahulu tentang batasan sebuah sistem, komponen – komponen sebuah sistem dan bagaiamana pemanfaatan sistem untuk digunakan mengkaji program kesehatan.
Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari in – put, proses, out – put, efffect, out come dan mekanisme umpan baliknya. Hubungan antara komponen – komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan lingkungan.
          INPUT yaitu sumber daya atau masukan yang di konsumsikan oleh sistem Sumber Daya suatu sistem adalah man, money, material, method, minute, dan market, di singkat dengan 6M.
          Sumber daya manusia ( orang ) untuk sistem program yandu adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan, kecamatan, kelurahan, kader, permukaan masyarakat dsb :
a.       Money adalah dana yang dapat di gali dari swadaya masyarakat dan yang di subsidi oleh pemerintah : material adalah vaksin, jarum, penyimpanan, vaksin ( cold chain ), cara pengisian KMS cara menimbang, cara memberikan vaksin, cara mencampur oralit
b.      Cara mencatat dan melaporkan data, cara memberikan penyuluhan dan sebagainya : minute adalah waktu yang di sediakan oleh staf puskesmas untuk suatu kegiatan yandu dsb : market adalah masyarakat dan faktor – faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi kegiatan yandu, transpor, sistem kepercayaan masyarakatdi bidang kesehatan,dsb.
Proses yaitu kegiatan sistem. Melalui proses akan di ubah input menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok penduduk sasaran yang dilakukan oleh staf Puskesmas dan kader, di laksanakannya yandu di lapangan sampai dengan evaluasinya. Kegiatan Yandu yang di laksanakan di lapangan ( POSYANDU ) menggunakan mekanisme “ lima meja “ dengan urutan yang dimulai dari penyuluhan berkelompok, penimbangan balita, pencatatan KMS, pelayanan untuk ibu hamil, ibu meyusui dan PUS tentang KB, sampai dengan vaksinasi.
          Output adalah hasil langsung ( keluaran ) suatu sistem. Yang menjadi output dalam sistem pelayanan terpadu adalah produk program yandu. Dalam hal ini, yang di maksud dengan produk adalah cakupan kelima program yandu untuk masing – masing kelompok penduduk sasaran. Cakupan program yandu terdiri dari jumlah anak yang di timbang, jumlah bayi dan ibu hamil yang di imunisasi, jumlah PUS yang di berikan pelayanan KB.
          Effect : hasil yang tidak langsung yang pertama dari proses suatu sistem. Pada umumnya effect suatu sistem dapat di kaji pada perubahan pengetahuan, sikap prilaku kelompok masyarakat yang di jadikan sasaran program.
          Out come adalah dampak atau hasil tidak langsung dari proses suatu sistem. Out come sistem pelayanan terpadu adalah penurunan kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang bisa di cegah dengan imunisasi, penurunan fertilitas PUS, dan jumlah balita yang kurang gizi, dsb. Turunnya IMR dan BB adalah out come sistem pelayanan terpadu yang penting karena keduanya merupakan indikator yang paling peka untuk menentukan  status kesehatan masyarakat di suatu wilayah ( propinsi / nasional ).
GAMBAR SEBUAH SISTEM
lingkungan
 

Umpan balik
Out come
effect
output
process
input
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
5.      Manajemen program Yandu
       Fungsi manajemen yang dipakai sebagai pokok bahasan dalam buku ini adalah perencanaan, pengorganisasian, pergerakan – pelaksanaan dan pengawasan. Tiga prinsip pokok penerapan  asas – asas manajemen pada pengembangan program kesehatan adalah upaya peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya untuk menunjang pelaksanaan program, peningkatan efektifitas pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target program, dan setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan secara rasional karena sudah di dasari pemanfaatan data secara tepat.
       Untuk lebih jelasnya bagaimana penerapan keempat fungsi manajemen tersebut pada program pelayanan terpadu, berikut ini akan di jelaskan  keempat fungsi manajemen tersebut.
Perencanaan :
       Dari kempat rangkaian fungsi manajemen tersebut, perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena merupakan awal dari arah proses manajemen posyandu secarakeseluruhan. Perencanaan di mulai dengan sebuah ide atau perhatian yang khusus yang khusus di tujukan untuk situasi tertentu. Perencanaan program yandu di mulai di tingkat puskesmas. Perencanaan program yandu bersifat operational karena langsung akan di implementasikan ( di laksanakan) di lapangan.
Perencanaan program yandu terdiri dari 5 langkah penting, yaitu :
a.       Menjelaskna berbagai masalah
Untuk dapat menjelaskan masalah program yandu di perlukan upaya analisa situasi. Sasarana analisa situasi adalah berbagai aspek penting dalam pelaksanaan program yandu di berbagai wilayah, khususnya wilayah binaan puskesmas. Aspek yang di nilai meliputi aspek epidemologis masalah kesehatan, aspek demografis, aspek geografis, aspek sosial ekonomi, dan aspek organisasi pelaksana program. Dari analisa situasi ibu akan di hasilkan berbagai macam data. Data inilah yang dapat di pakai untuk merumuskan dan menjelaskan  berbagai masalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan program yandu.
Aspek epidemologis program yandu yang perlu di analisa adalah data kejadian dan keadaan masalah kesehatan kelima jenis pelayanan yandu yang di alami oleh penduduk sasaran program di wilayah binaan puskesmas. Misalnya data tentang jenis penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi atau tingkat fertilitas PUS. Data ini dapat di peroleh dati hasil pencatatan rutin puskesmas baik yang di kumpulkan dari dalam maupun dari luar gedung puskesmas. Data yang di peroleh di olah dengan menggunakan prinsip – prinsip epidemologi yaitu kelompok penduduk sasaran ( who ) yang menderita kejadian tersebut, wilayah  mana (where), dan kapan (when) masalah tersebut terjadi. Faktor – faktor lain yang ikut mempengaruhi masalah kejadian tersebut dikaji lagi dengan menganalisa hasil cakupan kelima program, dan tinjauan adpek demografi,geografi, sosial ekonominya dan aspek organisasi pelayanannya.
Aspek demografis masalah program yandu meliputi distribusi penduduk sasaran program berdasarkan kelompok umur (0-1th, 1-2th,2-4th,4th), jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita, jumlah kematian ibu karena kelahiran.
Aspek geografis masalah program yandu adalah semua informasi tentang karakteristik wilayah yang dapat mempengaruhi terjadinya masalah tersebut seperti keadaan alam.
Aspek sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi secara tidak langsung timbulnya maslah program yandu, adalah tingkat pendidikanpendapatan, norma – norma sosial dan sistem kepercayaan masyarakat. Aspek iniakan berpengaruh pada partisipasi di posyandu baik secara langsung maupun tidak. Aspek organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilannya, persediaan vaksin, alat KB, obat – obatan dan sarana lainnya, jadwal yang dibuat, pemanfaatan data, koordinasi pelaksanaan program, dsb. Aspek ini merupakan yang penting dari semua aspek masalah pelaksaan program karena sifat masalah ini adalah masalah manajerial dan staf puskesmas. Masalah ini akan mempengaruhi kinerja pelaksaan posyandu bila tidak segera terpecahkan.
Data kelima aspek masalah program yandu tersebut dapat diperoleh dari laporan rutin staf, baik lisan maupun tertulis, hasil supervisi dan observasi lapangan dan analisa data sekunder. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk dijadikan informasi yang siap digunakan untuk perencanaan pembangunan program yandu. Proses pemanfaatan data dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Semua aspek masalah program yandu dikaji kembali dan kemudian dikelompokan menjadi masalah kesehatan, masalah perilaku masyarakat, masalah lingkungan dan masalah organisasi pelayanan (manajerial). Dengan mengetahui jenis masalah dan faktor yang mempengaruhinya, akan dapat diketahui upaya apa yang perlu dilakukan oleh pimpimnan bersama staf Puskesmas untuk mengatasi hambatan timbulnya masalah tersebut.
PROSES PEMANFAATAN DATA UNTUK PERENCANAAN
PEMANFAATAN  STATISTIK DAN EPIDEMIOLOGIS
MASALAH UNTUK PENYUSUNAN RENCANA
INFORMASI
DISAJIKAN
ANALISA
DATA




Keterampilan yang diperlukan untuk mampu merumuskan dan mengidentifikasi masalah program yandu adalah teknik identifikasi masalah, dasar – dasar epidemiologi dan statistik deskriptip.
b. Menentukan prioritas masalah
            Penetapan prioritas masalah adalah sebuah keharusan karena begitu kompleknya masalah dan keterbatasannya sumber daya yang tersedia. Semua masalah yang telah diidentifikasi kemudian ditentukan prioritasnya. Prioritas masalah dijadikan dasar intuk menentukan tujuan perencanaan program. Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman staf, jumlah dana yang tersedia, dan mudah tidaknya masalah itu dipecahkan. Prioritas pembinaan program juga dapat diarahkan ke wilayah tertentu berdasarkan cakupan program  dan tingkat partisipasi masyarakat yang paling rendah.
c. menetapkan tujuan dan indikator keberhasilannya.
            Apabila prioritas program dan wilayah binaan sudah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan dan target masing – masing program berdasarkan jumlah penduduk sasaran di suatu wilayah kelima program yandu.
d. mengkaji hambatan dan kendala
            Sebelum menetapkan tolak ukur, perlu dipelajari dahulu hambatan – hambatan program kesehatan yang pernah dialami atau yang pernah diperkirakan dapat terjadi, baik yang bersumber dari masyarakat, lingkungan , Puskesmas maupun sektor-sektor lainnya di tingkat kecamatan. Telitilah sumber daya (sarana dan dana) yang tersedia dan kebijaksanaan  Dinas Kesehatan dan instansi kecamatan sebelum Rencana Kerja Operasional (RKO) disusun. Semua sektor yang diikut sertakan mempunyai sumber daya tertentu yang dapat dimanfaatkan yandu. Kunci utama keberhasilan pengembangan program yandu adalah tumbuhnya partisipasi masyarakat.
e. menyusun rencana kerja operasional
            Dengan Rencana Kerja Operasional(RKO) akan memudahkan pimpinan mengetahui sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alat untuk pemantauan program secara menyeluruh . menyusun RKO atau plan of action (POA) program yandu dapat menggunakan contoh format di bawah ini.
PENGORGANISASIAN
Dari struktur organisasi puskesmas dapat diketahui mekanisme pelimpahan wewenang dari pimpinan kepada staf sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan. Dalam lokakarya mini biasanya dihasilkan kesepakatan kerja sama secara tertulis diantara staf untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing. Berdasarkan wewenang dan keterampilan yang dimiliki oleh staf, mereka diminta untuk membentuk kelompok-kelompok sebaiknya disesuaikan dengan jumlah staf yang dimiliki oleh puskesmas dan jumlah kelompok yang diperlukan. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang staf senior. Mereka bertugas membina beberapa posyandu di tingkat desa. Staf ini akan mengembangkan koordinasi kegiatan pelaksanaan program yandu (komitmen tugas) dilapangan sesuai dengan beban tugas rutin lainnya dipuskesmas (komitmen waktu).
            Kelompok kerja ini bertugas mempersiapkan kegiatan posyandu. Mereka bersama kader akan memberikan pelayanan posyandu , membuat laporan, menganalisa cakupan dan mengevaluasi pelaksanaan program dilapangan .


PERGERAKAN PELAKSANAAN
            Melalui loka karya mini puskesmas, kesepakatan kerjasama lintas program dan sektoraldapat dirumuskan. Perwujudan kerjasama lintas sektoral akan ditentukan olehperan camat dapat ketua pergarakan PKK di tingkat kecamatan.
             Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melestarikan pelaksanaan program yandu adalah:
Ø  Kembangkan mekanisme kerjasama yang positif antara dinas – dinas sektoral di tingkat kecamatan, antara staf (puskesmas sendiri dan antara puskesmas dan organisasi formal dan informal di tingkat desa / dusun)
Ø  Gali potensi masyarakat dan kembangkan kerjasama yang ada (terutama dengan PKK), untuk dapat menunjang kegiatan program yandu
Ø  Kembangkan motivasi staf  dan kader kesehatan sebagai anggota kelompok kerja program yandu, sehingga peran serta mereka yang optimal dapat  tingkatkan untuk menunjang pelaksanaan program yandu. Dalam hal ini, hubungan antara manusia perlu terus dikembangkan untuk menjamin tumbuhnya suasana kerja yang harmonis dan merangsang inisiatif anggota kelompok kerja posyandu.
6.       Penilaian keberhasilan program yandu
Pada penjelasan fungsi pengawasan telah disinggung penggunaan targetdan standar untuk kerja staf dan kader sebagai tolok ukur menilai keberhasilan pelaksanaan program yandu dilapangan. Jumlah penduduk sasaran dapat dihitung secara langsung oleh staf puskesmas melalui pencatatan data jumlah penduduk sasaran yang ada di Desa atau dusun (penduduk nyata atau rill). Penduduk sasaran program yandu lebih sering di hitung berdasarkan perkiraan (estimasi). Estimasinya ditetapkan oleh Dinas kesehatan tingkat 1 atau kanwil depkes. Jumlah penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari jumlah penduduk yang dihitung dengan menggunakan estimasi sehingga hasil analisa cakupan program di puskesmas selalu jauh lebih rendah. Atas dasar perbedaan antara jumlah penduduk sasran di cari langsung (riil). dengan yang diperkirakan (estimasi) . estimasinya ditetapkan oleh dinas kesehatan tingkat I atau Kanwil Depkes. Jumlah penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari jumlah penduduk yang dihitung dengan menggunakan estimasi sehingga hasil analisa cakupan program di Puskesmas selalu jauh lebih rendah. Atas dasar perbedaaan antara jumlah penduduk sasaran yang dicari langsung (riil) dengan yang diperkirakan (estimasi), perhitungan cakupan dengan menggunakan kedua jenis penduduk sasaran tersebut sebagai pembaginya, akan memberikan hasil yang berbeda. Contoh : perhitungan cakupan dan teknik analisanya
Dalam usaha peningkatan efisiensi dan efektifitas penatalaksanaan program yandu , staf puskesmas perlu dilatih keterampilan dan ditingkatkan kepekaannya mengkaji masalah program dan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di wilayah binaannya. Keterampilan seperti ini dapat dilatih secara langsung pada saat supervisi. Mereka juga diarahkan.
INPUT : Masukkan dan persiapan yang diatur dan disesuaikan dengan tujuan dan sebagainya), minute (jangka waktu pelaksanaan kegiatan program), Market (sasaran masyarakat yang akan diberikan pelayanan program (kelompok masyarakat dan persepsi)
PROCEES : Perencanaan  (P1), Pengorganisasian (P2), Pergerakkan dan pelaksanaan program , Pengawasan dan Pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan (kegiatan pokok dan kegiatan terintegrasi) dari program Puskesmas (Pengobatan , Lab, KIA, KB, P2M ,Usaha Peningkatan Gizi masyarakat , Kesehatan Lingkungan , PKM).
OUT_PUT : Cakupan kegiatan program : jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan kesehatan (memerator) dibandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program (denominator). Pelayanan yang diberikan sesuai dengan program Puskesmas (conmprehensive health care services yaitu Promotive, Preventive, Rehabilitative dan terminal stage health care) .
EFFECT : Perubahan pengetahuan , sikap, perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.
OUT_COME (IMPACT) : Dampak program dengan peningkatan status kesehatan masyarakat . ada 4 indikator yaitu tingkat dan jenis morbiditas (kejadian sakit), mortalitas (tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab penyakit tertentu. Indikator yang paling peka untuk menentukan status kesehatan masyarakat di suatu wilayah : IMR dan MMR), fertilitas (tingkat kellahiran, tingkat kesuburan) handicap (keacacatan) (dampak program ini tidak diukur langsung oleh pihak puskesmas, melainkan oleh Depkes RI, BKKBN atau lembaga lain melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT), Survei demografi kesehatan indonesia (SDKI) yang di lakukan 5 tahun seklali.
7. Mekanisme Pembinaan Posyandu
            Pembinaan posyandu dilakukan oleh sektor-sektor yang terkait dalam pengembangan posyandu, dengan mempergunakan struktur dan pembinaan LKMD dan PKK. Jalan yang digunakan adalah melalui tim pembina LKMD di semua jenjang administrasi. Ini dapat dikembangkan dari pos-pos yang telah ada seperti pos timbang, pos imunisasi, desa. Suatu posyandu sebaiknya melayani kira-kira sertaus balita (120 KK) atau sesuai dengan kemampuan petugas setempat, keadaan geografis sekitar sekelompok rumah, jumlah PKK dalam suatu kelompok dan sebagainya.
B. PENYELENGGARAAN POSYANDU
            Penyelenggaraan yang dilakukan oleh kader yang terlatih di bidang kesehatan, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda, dll dengan bimbingan tim pembina PKMD tingkat kecamatan. Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama KKL LKMD ( kelompok kerja LKMD di tingkat kedukuhan) dengan bimbingan tim LKMD tingkat kecamatan. Posyandu direncanakan dan di kembangkan oleh kader bersama KKL LKMD (kelompok kerja LKMD di tingkat kedukuhan) dengan bimbingan tim LKMD tingkat kecamatan.
            Penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih di bidang kesehatan, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan bimbingan tim pembina PKMD tingkat kecamatan.
            Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama :
·         Bayi (0-1 tahun)
·         Anak balita
·         Ibu hamil
·         Ibu menyusui
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat sendiri, dengan demikian kegiatan Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telaha ada, rumah penduduk, kepala dusun, tempat pertemuan RT/RK atau di tempat khusus dibangun masyarakat.
Penyelenggaraan dilakukan dengan “SISTEM LIMA MEJA” yang dapat dijabarkan sebagai beirikut :
MEJA I                       : Pendaftaran  +Penyuluhan Kelompok
MEJA II                      : Penimbangan bayi dan anak balita
MEJA III                    : Pencatatan (pengisian KMS,dll)
MEJA IV                    : Pelayanan
1.      Sistem 5 Meja
Meja I  : Meja pendaftaran + penyuluhan kelompok
Ø  Mendaftar balita, ibu hamil, ibu menyusui
Ø  Setiap pengunjung yang datang ke Posyandu didaftarkan oleh kader sendiri.
Ø  Para pengunjung secara kelompok lebih kurang 10-15 pengunjung diberikan penjelasan secara bertahap, tidak perlu menunggu berkumpulnya seluruh pengunjung.
Ø  Penyuluhan kelompok diutamakan oleh kader sendiri secara tepat dan benar dengan bimbingan petugas puskesmas.
Ø  Sewaktu-waktu penyuluhan juga oleh petugas kesehatan dan petugaslintas sektor (misalnya : pertanian, BKKBN, Dikmas dan lain-lain.
Ø  Materi penyuluhan : tentang ”Yandu” dan Topik yang sangat relevan pada waktu itu.
Ø  Disesuaikan dengan alat peraga.
Ø  Pada waktu menunggu dilanjutakan kreatifitas dan inisiatf kader untuk menyelenggarakan / menyediakan alat  permainan edukatif (APE) dan lebih baik lagi kalau buatan kader sendiri misalnya balok-ballok mainan dari tanah liat dan sebagainya.
Ø  APE berguna untuk meningkatkan keterampilan alat-alat permainan secara sederhana, misalnya ayunan dari ban bekas dll. Hal ini menarik anak datang ke posyandu.
Meja II           : Meja Penimbangan
Ø  Menimbang belita.
Ø  Penimbangan dilaksanakan oleh kader.
Ø  Penambangan dilakukan bagi bayi dan balita dilaksanakan sebulan sekali.
Ø  Ada juga posyandu yang menambah kegiatan di meja II : penimbangan untuk ibu hamil.
Ø  Alat timbangan diusahakan oleh kader sendiri atau berupa bantuan
Ø  Yang perlu ditingkatkan adalah : tempat duduk timbangan yang nyaman dan cukup untuk memenuhi syarat etis dan sebagainya
Ø  Hasil penimbangan di catat dan dibawa ke Meja III
Meja III : Meja Pencatatn
Ø  Mencatat hasil penimbangan
Ø  Pencatatan oleh kader : dengan bimbingan petugas puskesmas
Ø  Semua hasil penimbangan, hasil imunisasi penyakit yang di derita, pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi, dan lain-lain dicatat oleh KMS (Kartu Menuju Sehat)
Ø  Selain itu ada : buku-buku bantuan (buku register dan lain-lainbuku catatan)
Meja IV : Meja Penyuluhan dan Penerangan
Ø  Menyuluh ibu berdasar hasil penimbangan anaknya
Ø  Memberikan pelayanan gizi kepada ibu balita, serta ibu hamil.
Ø  Penyuluhan penberangan dilakukan oleh kader, tergantung dari jenis kasus individu.
a.       Mengenai balita berdasarkan hasil penimbangan berat badannya naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan (PMT), oralit dan vitamin A dosis tinggi
b.      Terhadap ibu hamil diberikan tablet besi, ibu hamil resiko tinggi di rujuk kepada petugas puskesmas
c.       Terhadap PUS agar enjadi peserta KB lestari di ikuti dengan pemberian kondom, pil ulangan atau tablet biasa.
Meja V : Meja Pelayanan
Ø  Pelayanan oleh tenaga propesional, meliputu pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan dan pelayanan lain sesui dengan kebutuhan
Ø  Di meja V diberikan pelayanan yang sifatnya profesional yang tidak dapat dilakukan kader
Ø  Rujukan kasus dari kader  dirujuk di meja C tersebut.
Ø  Intertie IUD deberikan bila tempatnya memenuhi syarat.
2.      Peranan Tenaga Kesehatan Di Posyandu
Sebagai mana diketahui Posyandu ada 3 hal pokok yang menggambarkan keterpaduan, yakni :
1)      Keterpaduan antar program
2)      Keterpaduan antar masyarakat (kader) dan petugas profesional
3)      Keterpaduan lintas sektoral
Jelaskan bahwa petugas profesional (dokter puskesmas, PK,bidan, perawat, PKE, PKC, juru imunisasi, sanatarian, dan lain-lain) adalah sebagai :
1)      Pemberi bimbingan teknis
2)      Pemberi layanan medis dan pengayoman medis
3)      Pemberi pelayanan rujukan dari kader
Bimbingan teknis :
Memberitahu dan memberikan contoh trntang :
Ø  Cara menimbang dengan benar
Ø  Cara memberi oralit LGG (Larutan gula garam dengan benar)
Ø  Cara memberikan vitamin A (tablet) dosis tinggi dengan benar.
Ø  Cara penyuluhan (PKM) yang benar
Pelayanan medis :
Ø  Diselenggarakan imunisasi bagi bayi
Ø  Memberikan suntikan tambah darahh
Ø  Memberikan suntikan KB, Intertie IUD, pil baru
Ø  Pengambilan sediaan untuk pemeriksaan PAP SMEAR.
Ø  Pelayanan pengobatan umum dan gizi, dll. Tergantung kasus yang dijumpai, jadi seorang PK merupakan tulang punggung pemeriksaan, binaan.
Posyandu sebagai tangan kanan dokter Puskesmas bila dokter itu tidak hadir, bertindak sebagai pimpinan tim staf yang ada di bagi beberapa tim untuk membina wilayah sesuai konsep lokakarya mini puskesmas.
3.      Strata Posyandu dan Intervensi
Posyandu Pertama
Kegitaan belum rutin tiap bulan, kader aktif terbatas, belum mantap, pelatihan kader
dan penambahan kader.
Posyandu Madya
Cakupan program utama (KB, KIA,< gizi dan imunisasi) < 50% , pergerakan PSM secara aktif.
Posyandu Purnama
Kegiatan >8x/th, kader 5 atau lebih, cakupan program utama > 50%, program tambahan + dana sehat sederhan.
Posyandu Mandiri
Danan sehat lebih menjangkau 50% KK diarahkan ke JPKM
4.      Pembagian Kerja Kader di Posyandu
Ketua
Ø  Memberi pengarahan dan perintah kepada anggota untuk mencapai tujuan
Ø  Membuat Keputusan Tentang Kegiatan
Ø  Memimpin rapat aggota tim
Ø  Memecahkan masalah
Bendahara:
Ø  Buat rencana penerimaan dan pengeluaran uang
Ø  Membuat pembukuan keuangan
Ø  Membuat laporan keuangan untuk sekretaris dan masyarakat
Pendaftaran
Ø  Melakukan pendataan balita dan ibu hamil serta PUS dan RW nya
Ø  Mencatat kunjungan setiap posyandu
Ø  Melaporkan kepada sekretaris tiap satu bulan sekali

Penimbangan
Ø  Menyiapkan peralatan penimbangan dan merawatnya
Ø  Menyiapkan PMT dan perlengkapan posyandu dan penimbangan
Pencatatan
Ø  Membuat pencatatan hasil penimbangan dalam KMS
Ø  Menyediakan KMS setiap hari kegiatan posyandu
Ø  Membuat pelaporan pencatatan dalam KMS, berapa bayi, balita yang datang dan menimbang bayi.
5. SKDN
          S : Jumlah seluruh balita yang tercatat diposyandu
          K : jumlah balita yang memiliki KMS (kartu menuju sehat)
          D : jumlah balita yang datang  dan ditimbang berat badannya
          N : jumlah balita yang ditimbang 2 (dua) bulan berturut-turut naik berat badannya, dan     mengikuti garis pertumbuhan pada KMS.
Perhitungan SKDN
                      Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyanduyang didasrakan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang berta badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %) dan D/S (jumlah anak yang ditimbang dibandingkan jumlah anak yang ada diposyandu dalam &). Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan S/D setiap bulan pada wilayah masing-masing kecamatan. Pemantauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.
1. Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
                      a. Pengertian
Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat badannya.
                      b. Definisi operasional
                      Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D) di posyandu maupun di luar posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. balita yang naik berat badannya
                      a. definisi operasional
                      Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.