Fitri Rahmadhani

Selamat Datang . . .

Rilek's

Saturday, July 13, 2013

EPISIOTOMI

Apa itu episiotomi?

  • episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin vulva kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis.
  • Keterangan :
    • Perineum adalah : daerah yang terletak antara vulva (organ genetalia eksterna wanita) dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm, atau antara bagian bawah vagina dengan bagian atas anus. Perineum meregang pada saat persalinan kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan.
    • Rupture Perinii adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan, berbeda dengan episiotomy, robekan ini sifatnya traumatic karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin lewat. Adanya tindakan epistomi ini bertujuan salah satunya untuk mencegah terjadinya ruptur perinii.

Apa tujuan episiotomy?
  • Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi  atau sayatan bedah yang lurus, sebagai pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii. 
  • Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi. 
  • Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar atau dengan kata lain mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir lunak atau mempersingkat kala II
  • Epistomy juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat mencegah trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.

Kenapa sampai di lakukan Episitomy?
  • Tindakan epistomy dapat di lakukan apabila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kedalam vagina. Dengan tindakan epistomi diharapkan agar bukaan lebih lebar sehingga memudahkan pengeluaran bayi.
  • Tindakan epistomi ini dilakukan, atas indikasi :
    • Pada persalinan anak besar, sehingga  untuk mencegah robekan perineum yang dapat terjadi akibat tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan
    • Pada Perineum yang akan robek dengan sendiri ( menipis dan pucat ), sehingga mencegah ruptur perinii yang dapat menyebabkan  robekan yang tidak teratur sehingga menyulitkan penjahitan dan hasil jahitannya pun tidak rapi.
    • Pada persalinan prematur, dimana untuk melindungi kepala janin yang prematur dari perineum yang ketat sehingga tidak terjadi cedera dan pendarahan intrakranial
    • Pada  Perineum kaku, sehingga di harapkan dengan melakukan epistomi dapat mengurangi   luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan dan kiri alat kelamin) jika tidak dilakukan episiotomi.
    • Jika terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum), dimana episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau vakum.
    • Pada kasus letak / presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan tempat yang luas untuk persalinan yang aman untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi 
    • Adanya  Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.
Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah:
  • Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
  • Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

Apa saja jenis episiotomi?
  • Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan pisau. 
  • Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah insisinya yaitu; Episiotomi medialis, Episiotomi mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt. Namun menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang di gunakan yaitu Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) dan Episiotomi mediolateral
gif maker
Jenis episiotomy
  • Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median
    • Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai dari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai serabut sfingter ani)
    • Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: 
      • Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
      • Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
      • Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis
      • Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah dirapatkan.
      • Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
      • Dispareuni jarang terjadi
    • Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi median sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet atau laserasi  menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehingga terjadi ruptur perineii komplit  yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.
    • Episiotomi mediolateral
      • Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan  ditengah antara spina ischiadica dan anus.
      • Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek,  pernah ruptur grade 3, dengan  Panjang sayatan kira-kira 4 cm dan  insisi dibuat pada sudut 45 derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.
      • Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai  otot sfingter ani dan rektum sehingga dapat  mencegah  terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun laserasi perineum yang lebih parah yang sampai pada rectum.
      • Kerugian episiotomi mediolateral
        • Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya.  Daerah insisi kaya akan fleksus venosus
        • Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
        • Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar pelvis.
        • Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik
        • Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang – kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)
        • Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran introitus vagina

Apa saja persiapan yang dibutuhkan sebelum episiotomi?

Berikut beberapa persiapan sebelum dilakukannya tindakan episiotomi:
  • Jelaskan pada ibu ataupun suaminya mengapa di perlukan tindakan episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu. Berikan alasan rasional pada ibu ataupun suaminya.
  • Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu dan atau bayi
  • Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
    • Peralatan : baik steril berisi kasa, gunting episiotomy, betadin, spuit 10 ml dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa epineprin. Bila bila lidokain 1% tidak ada dan tersedia likokain 2% maka buatlah likokain tadi menjadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagian lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan garam fisiologis atau air destilasi steril. Contoh : Larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air destilasi steril.
  • Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Bagaimana melakukan anastesi lokal sebelum di insisi pada epistomi?

Berikan anastesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anastesi lokal adalah bagian dari usaha untuk mengurangi rasa sakit.
  • Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu dia untuk merasa rileks.
  • Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan jika diperlukan). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air distilasi steril, sebagai contoh larutkan 5 ml lidokain dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air steril.
  • Letakkan 2 jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perinium.
  • Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette) dan arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri atau kanan garis tengah perineum.
  • Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali. Alasan dilakukan tindakan ini karena ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika lidokain disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
  • Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan maksimum 10 ml lidokain.
  • Tunggu 1 – 2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal sebelum episiotomi dilakukan


Bagaimana melakukan episiotomy?
  • Episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum pada janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin matur . Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu lambat maka laserasi tidak dapat dicegah. sehingga salah satu tujuan episiotomi itu sendiri tidak akan tercapai. 
  • Episiotomi biasanya dilakukan pada saat perineum menipis dan pucat serta kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm  pada saat kontraksi . Jika dilakukan bersama dengan penggunaan ekstraksi forsep, sebagian besar dokter melakukan episiotomi setelah pemasangan sendok atau bilah forsep
  • Pertama pegang  gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan satu tangan, kemudian letakkan jari telunjuk dan jari tengah di antara kepala bayi dan perineum searah dengan rencana sayatan.  Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah di episiotomi.
  • Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah. Gunting perineum  mengarah ke sudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi, misalnya episiotomi mediolateral  dimulai dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri atau kanan. Pastikan untuk melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk rnenghindari sfingter.
  • Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting” jaringan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.
  • Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.  Karena dengan melakukan tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan perdarahan.
  • Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi.
  • Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.

Bagaimana melakukan penjahitan setelah episiotomy?
  • Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.
  • Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur:
    • Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis simpul)
    • Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
    • Menggunakan lebih sedikit jahitan
  • Mempersiapkan penjahitan :
    • Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.
    • Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
    • Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas.
    • Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan anestesi lokal dan menjahit luka.
    • Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
    • Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang steril.
    • Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan.
    • Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.
    • Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.
    • Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks.
    • Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan rektum.
    • Berikan anestesia lokal.
    • Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.
    • Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit jarum tersebut.
  • Dalam penjahitan episiotomi, penting menggunakan benang yang dapat diserap untuk menutup robekan. Benang poliglikolik lebih dipilih dibandingkan catgut kromik karena kekuatan regangannya, bersifat non alergenik, kemungkinan komplikasi infeksi dan kerusakan episiotominya lebih rendah. Catgut kromik dapat digunakan sebagai alternative, tetapi bukan benang yang ideal.

Bagaimana penyembuhan luka akibat episiotomy?

Menurut Walsh (2008) proses penyembuhan terjadi dalam tiga fase, yaitu:
  • Fase 1: Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan peningkatan aliran darah ke area luka, meningkatkan cairan dalam jaringan,serta akumulasi leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang memakan jaringan yang mengalami cedera.
  • Fase 2: Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang – benang kolagen pada tempat cedera.
  • Fase 3: Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang rusak kemudian menutup luka.
Proses penyembuhan sangat dihubungani oleh usia, berat badan, status nutrisi, dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan status imunologinya. Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna tergantung kepada beberapa hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah penyembuhan. Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat diatur kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari sedikit mungkin pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf terpotong, pembuluh darah tidak akan terbentuk lagi

Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka?

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
  • Status nutrisi yang tidak tercukupi memperlambat penyembuhan luka
  • Kebiasaan merokok dapat memperlambat penyembuhan luka
  • Penambahan usia memperlambat penyembuhan luka
  • Peningkatan kortikosteroid akibat stress dapat memperlambat penyembuhan luka
  • Ganguan oksigenisasi dapat mengganggu sintesis kolagen dan menghambat epitelisasi sehingga memperlambat penyembuhan luka
  • Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka

Apa saja komplikasi dari episiotomi?
Komplikasi episiotomi adalah :
  • Nyeri post partum dan dyspareunia.
  • Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit. Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat menyebabkan dyspareunia apabila jahitannya terlalu erat.
  • Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa .
  • Trauma perineum posterior berat.
  • Trauma perineum anterior
  • Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses
  • Infeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.
  • Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup erat, menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk kedua pasangan saat melakukan hubungan seksual.

Tips perawatan luka episiotomi
  • Selagi jahitan belum sembuh, jangan sesekali membawa atau mengangkat barang-barang yang berat dan aktivitas yang berat, terutama yang menggangu perineum
  • Jangan membiarkan diri terlalu stres, banyaklah ciptakan suasana rilek
  • Meminimumkan pergerakan perineum.
  • Minum air secukupnya, karena akan mengurangi jangkitan kuman, terutama pada daerah vagina
  • Usahakan agar jangan sampai terjangkit Infeksi saluran kencing dengan menjaga kebersihan di daerah vagina.
  • Untuk penderita diabetes, diharapkan perahwatan luka yang steril dan pantau atau usahan kestabilan gula darah, sebab jika kadar gula darah tinggi maka akan mempersulit proses penyembuhan luka akibat episiotomi

Wednesday, July 3, 2013

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL ( PMS )



Beberapa penyakit menular seksual:
  • Klamidia – klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.
  • Gonore – gonore adalah salah satu PMS yang sering dialporkan.  40% penderita akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan.
  • Hepatitis B – vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tapi sekali terkena penyakit ini tidak dapat disembuhkan; dapat menyebabkan kanker hati.
  • Herpes – terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati untuk mengurangi gejala tetapi tidak dapat disembuhkan.
  • HIV/AIDS – dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah penyebab kematian ke enam pada laki-laki dan perempuan muda.  Virus ini fatal dan menimbulkan rasa sakit yang cukup lama sebelum kemudian meninggal.
  • Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin.
  • Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
  • Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala sama sekali.  Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran premature.
1.Klamidia
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.  Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan.  Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik.  Namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis.  Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan.  Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.
2.Gonore
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar.  Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.   Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis.  Dapat menyebabkan kemandulan pada pria.  Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan.  Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.
3.Hepatitis B (HBV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala: Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala.  Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare.  Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.
Pengobatan: Belum ada pengobatan.  Kebanyakan infeksi bersih dengan sendirinya dalam 4-8 minggu.  Beberapa orang menjadi terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya.  90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati.  Mereka juga dapat menularkan virus tersebut.  Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling mungkin dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus hepatitis B melalui hubungan seks.  Kondom dapat menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Hindari pemakaian narkoba suntik dan memakai jarum suntik bergantian.  Bicarakan dengan petugas kesehatan kewaspadaan yang harus diambil untuk mencegah penularan Hepatitis B, khususnya ketika akan menerima tranfusi produk darah atau darah.  Vaksin sudah tersedia dan disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena infeksi Hepatitis B.  Sebagai tambahan, vaksinasi Hepatitis B sudah dilakukan secara rutin pada imunisasi anak-anak sebagaimana direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics.
4.Herpes Genital (HSV-2)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral.  Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir.  Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin.
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan.  Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain.  Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini.  Obat anti virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur.  Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks.  Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.
5.HIV/AIDS
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.  Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening.  Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun.  Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini.  Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi.  Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran.  20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan.  Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks.  Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan.  Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik.  Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah.
6.Human Papilloma Virus (HPV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.
Pengobatan: Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini.  Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin.  Beberapa strains dari virus ini berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis dan anus.  Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus HPV.  Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika setiap tahunnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan.  Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks.
7.Sifilis
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral.  Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.
Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian.  Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya.  Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini.  40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif.  Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin.  Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
8.Trikomoniasis
Tipe: Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi: Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual.  Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau.  Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi.  Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali.  Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan.  Pasangan seks juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut.  Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual.  Kondon dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini.
Setiap perbuatan yang kita lakukan tentu mengandung resiko dalam tingkatan tertentu. Perilaku seksual tidak terkecuali. Salah satu resiko dari melakukan hubungan seksual adalah kemungkinan terjangkit PMS atau Penyakit Menular Seksual. Berikut ini akan dipaparkan sepuluh faktor resiko teratas yang berpengaruh pada peluang Anda terkena PMS.
1. Seks tanpa pelindung
Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan Anda dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS. Biasakanlah memakai kondom.
2. Berganti-ganti pasangan
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilih pasangan yang suka berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya pasangan Anda.
3. Mulai aktif secara seksual pada usia dini
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
4. Pengggunaan alkohol
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.
5. Penyalahgunaan obat
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi PMS.
8. Monogami serial
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang terinfeksi dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi. Karena Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam gaya hidup Anda yang beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi
Kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Ini bisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil KB dan kondom) adalah pilihan terbaik…meski tidak semua orang melakukannya.
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua, yaitu:
  • Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
  • Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.
Dengan pencegahan secara tepat dan penganan secara dini PMS bisa ditangani dengan lebih baik. Yang penting sekali diingat adalah bentuk-bentuk gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya :
  1. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
  2. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
  3. bengkak atau merah di sekitar lat kelamin
  4. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
  5. buang air kecil lebih sering dari biasanya
  6. demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh
  7. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
  8. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
  9. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll
Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya perlu diwaspadai kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
  • tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan· menggunakan kondom setiap hubungan seks
  • menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya
  • kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril.