Alat Kontrasepsi Wanita
Banyak kontrasepsi wanita
yang tersedia. Berdasarkan masa kerjanya, kontrasepsi dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu sementara (reversible) dan permanen. Pilihan
kontrasepsi untuk menunda kehmailan pertama dan mengatur jarak kehamilan
adalah kontrasepsi yang memiliki masa kerja bersifat sementara, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Pilihan kontrasepsi rasional untuk
memgakhiri kesuburan sangat dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang
memiliki masa kerja permanen yaitu kontrasepsi mantap.
a. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banya dipakai oleh akseptor yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik 28%, pil 13% dan implant 4% atau jika ditotal sekitar 15,2 juta perempuan usia reproduktif menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrsepsi hormonal berisi estrogen, progestin atau campuran keduanya.
Saat ini makin banyak metode yang bisa dipilih dalam menggunakan kontrasepsi hormonal selain suntik, pil yang diminum dan implan/susuk yaitu kontrasepsi hormonal dalam rahim (dimasukkan dalam IUD), transdermal patch (seperti koyo), vaginal ring (kondom wanita), kontrasepsi emergensi (pil KB darurat setelah berhubungan).
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR atau yang lebih dikenal dengan IUD atau spiral yajuga banyak digemari. Beberapa alasannya adalah penggunaannya yang jangka panjang, tidak mengganggu produksi ASI serta tidak memerlukan upaya tertentu untuk mempertahankan AKDR ini bertahan di dalam rahim.
Banyak jenis AKDR yang pernah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah bentuk spiral tapal kuda, copper T. Saat ini telah dikembangkan metode terbaru dari AKDR yang dapat mengeluarkan hormon progestin levonogestrol dari tangkainya. AKDR yang populer dengan nama lenovogestrel intrauterine system (LNG-IUS) ini memberikan efek lokal pada daerah rahim (uterus) dan sekitarnya. Manfaat kontrasepsinya sangat baik dengan indeks “pearl” mencapai 0.09 dan bisa bertahan selama 5 tahun dengan efek samping cukup minimal.
c. Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi)
Kontrasepsi mantap adalah pilihan untuk mengakhiri kehamilan, biasanya dianjurkan untuk ibu yang sudah memiliki cukup anak dan usia di atas 35 tahun dan harus dipilih dengan sukarela oleh akseptor. Pada tubektomi, dilakukan pemotongan tuba atau saluran yang berfungsi sebagai jalan lewat sel telur dari ovarium ke dalam rahim.
d. Kontrasepsi mantap pria (vasektomi)
Vasektomi sebagai cara mantap kontrasepsi pria yang sangat efektif melindungi istri dari kehamilan dengan tingkat kegagalan 0.1 per 100 perempuan dalam tahun pertama. Vasektomi berarti pemotongan vas deferens (saluran tempat keluarnya sperma dari testis). Mengakhiri kesuburan dan pilihan menjalani vasektomi harus secara sukarela, bahagia dan sehat. Untuk menilai 3 syarat tersebut, maka setiap calon akseptor vasektomi harus menjalani konseling dan seleksi kelayakan medik pratindakan.
a. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banya dipakai oleh akseptor yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik 28%, pil 13% dan implant 4% atau jika ditotal sekitar 15,2 juta perempuan usia reproduktif menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrsepsi hormonal berisi estrogen, progestin atau campuran keduanya.
Saat ini makin banyak metode yang bisa dipilih dalam menggunakan kontrasepsi hormonal selain suntik, pil yang diminum dan implan/susuk yaitu kontrasepsi hormonal dalam rahim (dimasukkan dalam IUD), transdermal patch (seperti koyo), vaginal ring (kondom wanita), kontrasepsi emergensi (pil KB darurat setelah berhubungan).
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR atau yang lebih dikenal dengan IUD atau spiral yajuga banyak digemari. Beberapa alasannya adalah penggunaannya yang jangka panjang, tidak mengganggu produksi ASI serta tidak memerlukan upaya tertentu untuk mempertahankan AKDR ini bertahan di dalam rahim.
Banyak jenis AKDR yang pernah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah bentuk spiral tapal kuda, copper T. Saat ini telah dikembangkan metode terbaru dari AKDR yang dapat mengeluarkan hormon progestin levonogestrol dari tangkainya. AKDR yang populer dengan nama lenovogestrel intrauterine system (LNG-IUS) ini memberikan efek lokal pada daerah rahim (uterus) dan sekitarnya. Manfaat kontrasepsinya sangat baik dengan indeks “pearl” mencapai 0.09 dan bisa bertahan selama 5 tahun dengan efek samping cukup minimal.
c. Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi)
Kontrasepsi mantap adalah pilihan untuk mengakhiri kehamilan, biasanya dianjurkan untuk ibu yang sudah memiliki cukup anak dan usia di atas 35 tahun dan harus dipilih dengan sukarela oleh akseptor. Pada tubektomi, dilakukan pemotongan tuba atau saluran yang berfungsi sebagai jalan lewat sel telur dari ovarium ke dalam rahim.
d. Kontrasepsi mantap pria (vasektomi)
Vasektomi sebagai cara mantap kontrasepsi pria yang sangat efektif melindungi istri dari kehamilan dengan tingkat kegagalan 0.1 per 100 perempuan dalam tahun pertama. Vasektomi berarti pemotongan vas deferens (saluran tempat keluarnya sperma dari testis). Mengakhiri kesuburan dan pilihan menjalani vasektomi harus secara sukarela, bahagia dan sehat. Untuk menilai 3 syarat tersebut, maka setiap calon akseptor vasektomi harus menjalani konseling dan seleksi kelayakan medik pratindakan.
Alat Kontrasepsi Kondom
Kondom mempunyai
sejarah yang unik di Inggris. Dokter Condom membuat alat yang
dipergunakan untuk menghindari kehamilan. Kondom dibuat pertama kali
dari kulit, selanjutnya usus sehingga pembuatan kondom mahal dan saat
memakai kondom memerlukan perhatian khusus. Karena dibuat dari kulit dan
usus sering menimbulkan irtasi liang senggama. Tebal kondom menyebabkan
kurang nikmat saat dipakai.
Alat kontrasepsi penghalang pada pria adalah kondom. Kondom merupakan selubung karet tipis yang di pasang pada penis yang ereksi dan dikeakan selama snggama untuk mencegah penumpuukan sperma dalam vagina. Kondom tersedia secara luas dan dapat dibeli dengan bebas di toko obat atau di apotik.
Jika digunakan dnegan benar (khususnya bersama preparat spermisida). Kondom merupakan bentuk kontrasepi yang efeisien. Alat ini merupakan penghalang fisik yang dapat mencegah kehamilan maupun infeksi oleh mikrooganisme yang menular. Namun demikian, kondom menggangu proses spontanitas pada senggama karena tidak bisa dipasang sebelum penis mengalami ereksi.
Sebagian orang merasakan bahwa kondom mengurangi kepekaan. Jika penis tidak segera dikeluarkan setelah ejakulasi, kondom dapat terlepas dan sperma di dalamnya bisa mengalir masuk ke vagina. Faktor biaya yang mungkin pula dipertimbangkan pula. Alat kontrsepsi penghalang pada wanita-diafragma dan cervical cap merupakan dua metode kontrasepsi penghalang yang sering digunakan pada wanita. Diafragma berupa tutup karet berbentuk piing kecil dengan kawat pegas di sebelah bingkai sirkulernya. Ketika dipasang, bingkai diafragma akan berada pada forniks vagina sehingga tutup karet tersebut menutupi serviks. Cervical cap yang tidak begitu sering digunakan, memiliki bentuk seperti alat pelindung jari dari logam yang dipakai ketika menjahit (thinble). Besar alat ini pas pada serviks. Preparat spermisida biasanya dianjurkan unutk digunakan bersama-sama alat kontrasepsi penghalang ini.
Kerugian pada metode alat kontrasepsi kondom untuk wanita ini adalah alanya tidak selalu sesuai bagi setiap wanita, khsusunya jika terdapat pergeseran rahim atau dinding vaginanya kendor. Demikian pula, setelah melahirkan atau bila terjadi penurunan atau penambahan berat badan yang bermakna, ukuran alat tersebut harus disesuaikan kembali sehingga diperlukan pengecekan setahun sekali.
Sebagian besar petugas kesehatan menganjurkan penggunaan kombinasi preparat kontrasepsi kiia dengan kontrasepsi penghalang seperti diafragma atau kondom. Preparat kontrasepsi kimia dapat dibeli tanpa resep dokter dan membantu melicinkan vagina. Namun demikian, pemakaiannya mungkin merepotkan karena kebanyakan harus digunakan sebelum senggama dan kadang-kadang menimbulkan reaksi seperti rasa gatal serta terbakar.
Alat kontrasepsi penghalang pada pria adalah kondom. Kondom merupakan selubung karet tipis yang di pasang pada penis yang ereksi dan dikeakan selama snggama untuk mencegah penumpuukan sperma dalam vagina. Kondom tersedia secara luas dan dapat dibeli dengan bebas di toko obat atau di apotik.
Jika digunakan dnegan benar (khususnya bersama preparat spermisida). Kondom merupakan bentuk kontrasepi yang efeisien. Alat ini merupakan penghalang fisik yang dapat mencegah kehamilan maupun infeksi oleh mikrooganisme yang menular. Namun demikian, kondom menggangu proses spontanitas pada senggama karena tidak bisa dipasang sebelum penis mengalami ereksi.
Sebagian orang merasakan bahwa kondom mengurangi kepekaan. Jika penis tidak segera dikeluarkan setelah ejakulasi, kondom dapat terlepas dan sperma di dalamnya bisa mengalir masuk ke vagina. Faktor biaya yang mungkin pula dipertimbangkan pula. Alat kontrsepsi penghalang pada wanita-diafragma dan cervical cap merupakan dua metode kontrasepsi penghalang yang sering digunakan pada wanita. Diafragma berupa tutup karet berbentuk piing kecil dengan kawat pegas di sebelah bingkai sirkulernya. Ketika dipasang, bingkai diafragma akan berada pada forniks vagina sehingga tutup karet tersebut menutupi serviks. Cervical cap yang tidak begitu sering digunakan, memiliki bentuk seperti alat pelindung jari dari logam yang dipakai ketika menjahit (thinble). Besar alat ini pas pada serviks. Preparat spermisida biasanya dianjurkan unutk digunakan bersama-sama alat kontrasepsi penghalang ini.
Kerugian pada metode alat kontrasepsi kondom untuk wanita ini adalah alanya tidak selalu sesuai bagi setiap wanita, khsusunya jika terdapat pergeseran rahim atau dinding vaginanya kendor. Demikian pula, setelah melahirkan atau bila terjadi penurunan atau penambahan berat badan yang bermakna, ukuran alat tersebut harus disesuaikan kembali sehingga diperlukan pengecekan setahun sekali.
Sebagian besar petugas kesehatan menganjurkan penggunaan kombinasi preparat kontrasepsi kiia dengan kontrasepsi penghalang seperti diafragma atau kondom. Preparat kontrasepsi kimia dapat dibeli tanpa resep dokter dan membantu melicinkan vagina. Namun demikian, pemakaiannya mungkin merepotkan karena kebanyakan harus digunakan sebelum senggama dan kadang-kadang menimbulkan reaksi seperti rasa gatal serta terbakar.
Alat Kontrasepsi Paling Aman
Setiap jenis alat kontrasepsi ada efek sampingnya. Demikian juga dengan suntik KB 3 bulan yang biasanya berisi hormon progesteron. Efek samping yang sering terjadi adalah peningkatan berat badan, sakit kepala, mual dan perubahan mood.
Berbeda dengan suntik 1 bulan, suntik KB 3 bulan ini memang seringkali
tidak menghasilkan siklus menstruasi yang rutin. Atau dapat pula
flek-flek saja di setiap bulannya seperti yang dialami kebanyakan wanita
pada umumnya. Oleh karenanya, flek berupa keluarnya darah meski dalam
jumlah yang sedikit masih terbilang wajar terjadi dan tidak perlu
dirisaukan.
Jenis alat kontrasepsi dengan suntik KB yang mengandung hormon di dalamnya. Suntik KB memiliki masa suntik yang bervariasi yakni per satu atau tiga bulan. Suntik KB dapat mengurangi risiko telat atau lupa. Efek samping dari kontrasepsi ini adalah menstruasi tidak teratur, dan peningkatan berat badan.
Sebagian besar wanita yang menggunakan suntikan KB dinilai lebih praktis, sederhana dan efektif pula. Suntikan KB diberikan di bokong. Namun, suntikan berefek samping perdarahan spotting atau mungkin juga perdarahan terus-menerus, selain kemungkinan tidak haid sama sekali (amenorrhoe). Keuntungannya, bagi ibu yang pelupa minum pil, suntikan KB pilihan yang tepat. Suntik KB termasuk kontrasepsi yang diminati oleh banyak perempuan. Anda bisa melalukan suntik KB setiap 1 bulan atua 3 bulan sekali. Suntik KB aman digunakan bagi wanita menyusui setelah 6 minggi pasca persalinan. Efek samping yang biasa terjadi adalah keluar flek-flek, perdarahan ringan di antara dua masa haid, sakit kepala dan kenaikan berat badan. Jika Anda menghentikan penggunaan suntik KB kemungkinan untuk hamil kembali sangat tinggi.
Suntikan KB ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan endometrium yang normal. Diperkirakan hal ini dapat mengganggu rangkaian hubungan hipotalamus-hipofisis-indung telur. Metode kontrasepsi dengan suntikan KB diperkirakan 99% efektif dan angka berkelanjutan pemakaian suntikan KB adalah 70% setelah satu tahun.
Gambar : alat suntikan KB
Namun apabila terjadi perdarahan yang banyak dan panjang ketika
menggunakan alat kontrasepsi pada pil 3 bulan atau suntik KB, maka perlu
dikonsultasikan kepada dokter terkait atau bidan untuk mencari
penyebabnya, apakah karena efek samping KB dan perlu diganti, atau ada
penyebab lain. Mintalah saran untuk penggunaan alat kontrasepsi yang
sekiranya cocok dengan Anda.Jenis alat kontrasepsi dengan suntik KB yang mengandung hormon di dalamnya. Suntik KB memiliki masa suntik yang bervariasi yakni per satu atau tiga bulan. Suntik KB dapat mengurangi risiko telat atau lupa. Efek samping dari kontrasepsi ini adalah menstruasi tidak teratur, dan peningkatan berat badan.
Sebagian besar wanita yang menggunakan suntikan KB dinilai lebih praktis, sederhana dan efektif pula. Suntikan KB diberikan di bokong. Namun, suntikan berefek samping perdarahan spotting atau mungkin juga perdarahan terus-menerus, selain kemungkinan tidak haid sama sekali (amenorrhoe). Keuntungannya, bagi ibu yang pelupa minum pil, suntikan KB pilihan yang tepat. Suntik KB termasuk kontrasepsi yang diminati oleh banyak perempuan. Anda bisa melalukan suntik KB setiap 1 bulan atua 3 bulan sekali. Suntik KB aman digunakan bagi wanita menyusui setelah 6 minggi pasca persalinan. Efek samping yang biasa terjadi adalah keluar flek-flek, perdarahan ringan di antara dua masa haid, sakit kepala dan kenaikan berat badan. Jika Anda menghentikan penggunaan suntik KB kemungkinan untuk hamil kembali sangat tinggi.
Suntikan KB ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan endometrium yang normal. Diperkirakan hal ini dapat mengganggu rangkaian hubungan hipotalamus-hipofisis-indung telur. Metode kontrasepsi dengan suntikan KB diperkirakan 99% efektif dan angka berkelanjutan pemakaian suntikan KB adalah 70% setelah satu tahun.
Alat Kontrasepsi Untuk Ibu Menyusui
Semua alat kontrasepsi
tentu ada kekurangan disamping kegunaan yang sudah tidak diragukan.
Pada ibu menyusui dapat menggunakan kontrasepsi yang prinsipnya tidak
mengurangi jumlah ASI, terutama pada 6 bulan pertama di mana bayi belum
mendapat makanan tambahan selain ASI. Yang dapat dipakai bisa KB non
hormonal atau hormonal, misalnya pil KB dr golongan progesteron rendah,
atau suntikan yang hanya mengandung hormon progesteron yang disuntikan
per 3 bulan.
Kontrasepsi yang mengandung estrogen tidak dianjurkan karena akan mengurangi jumlah ASI, misalnya Diane. IUD cukup aman pada ibu menyusui dan banyak dipilih. Mengenai bergeser atau tidak tentu dokter akan tahu seandainya ibu datang kontrol minimal 6 bulan sekali.
Untuk ibu menyusui, pilihan kontrasepsi yang aman adalah kontrasepsi non hormonal. Beberapa alat kontrasepsi ini bisa Anda pilih :
- Kondom untuk mencegah agar sperma tidak masuk ke dalam serviks.
- IUD (Intrauterine Device).
- Spermatisida, yaitu bahan kimia berbentuk cairan atau krim untuk membunuh sperma.
- Operasi tubektomi, bagi yang memenuhi syarat dan indikasi. Yaitu dengan mengikat tuba falopi agar sperma tidak dapat mencapai sel telur.
- Diafragma, yaitu sejenis alat dari bahan lateks lembut atau silikon yang dimasukkan ke dalam serviks untuk membentengi serviks agar sperma tidak dapat mencapai uterus. Jika Anda memilih kontrasepsi ini, hubungi dokter untuk mengukur ulang diafragma yang akan digunakan karena ukuran dan bentuk leher rahim dapat berubah pasca melahirkan. Diafragma dapat digunakan kembali 6 minggu setelah melahirkan.
Semua kontrasepsi mempunyai angka keberhasilan yang tinggi, lebih dari 95% sepanjang ibu menjaga kedisipilinan baik dalam mengkonsumsi atau memeriksakan ke dokter untuk kontrol.
Perlu diingat bahwa pil KB dengan dosis rendah progesteron untuk ibu menyusui, bekerja bersama-sama dalam mencegah dalam kehamilan. Jadi bila menyusui sudah jarang, sebaiknya jangan digunakan lagi karena tidak akan memberi perlindungan yang optimal.
Untuk mendapat pil KB, tentu pertama kali harus ke layanan kesehatan untuk dicek ada tidaknya kontraindikasi dalam mengkonsumsinya. Biasanya pil KB utk menyusui, akan terdapat tanda di blisternya berupa gambar payudara dan ada beberapa jenis dipasaran.
Kontrasepsi yang mengandung estrogen tidak dianjurkan karena akan mengurangi jumlah ASI, misalnya Diane. IUD cukup aman pada ibu menyusui dan banyak dipilih. Mengenai bergeser atau tidak tentu dokter akan tahu seandainya ibu datang kontrol minimal 6 bulan sekali.
Untuk ibu menyusui, pilihan kontrasepsi yang aman adalah kontrasepsi non hormonal. Beberapa alat kontrasepsi ini bisa Anda pilih :
- Kondom untuk mencegah agar sperma tidak masuk ke dalam serviks.
- IUD (Intrauterine Device).
- Spermatisida, yaitu bahan kimia berbentuk cairan atau krim untuk membunuh sperma.
- Operasi tubektomi, bagi yang memenuhi syarat dan indikasi. Yaitu dengan mengikat tuba falopi agar sperma tidak dapat mencapai sel telur.
- Diafragma, yaitu sejenis alat dari bahan lateks lembut atau silikon yang dimasukkan ke dalam serviks untuk membentengi serviks agar sperma tidak dapat mencapai uterus. Jika Anda memilih kontrasepsi ini, hubungi dokter untuk mengukur ulang diafragma yang akan digunakan karena ukuran dan bentuk leher rahim dapat berubah pasca melahirkan. Diafragma dapat digunakan kembali 6 minggu setelah melahirkan.
Semua kontrasepsi mempunyai angka keberhasilan yang tinggi, lebih dari 95% sepanjang ibu menjaga kedisipilinan baik dalam mengkonsumsi atau memeriksakan ke dokter untuk kontrol.
Perlu diingat bahwa pil KB dengan dosis rendah progesteron untuk ibu menyusui, bekerja bersama-sama dalam mencegah dalam kehamilan. Jadi bila menyusui sudah jarang, sebaiknya jangan digunakan lagi karena tidak akan memberi perlindungan yang optimal.
Untuk mendapat pil KB, tentu pertama kali harus ke layanan kesehatan untuk dicek ada tidaknya kontraindikasi dalam mengkonsumsinya. Biasanya pil KB utk menyusui, akan terdapat tanda di blisternya berupa gambar payudara dan ada beberapa jenis dipasaran.
Posted in Alat Kontrasepsi, Jenis Alat Kontrasepsi
Tagged alat kontrasepsi dalam rahim, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD), alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD, alat kontrasepsi diafragma, alat kontrasepsi iud, alat kontrasepsi suntik, alat kontrasepsi wanita, Diafragma, Pil KB
Leave a comment
Alat Kontrasepsi Yang Aman
Merawat, mendidik, dan membesarkan anak tidak mudah karena
memerlukan kesiapan mental dan fisik orang tua. Memberi jarak yang cukup
antara anak pertama, kedua, dengan anak berikutnya sangat penting. Untuk
dapat mengatur waktu kehamilan, baik isteri maupun suami perlu
mepertimbangkan penggunaan suatu metode alat kontrasepsi yang aman.
Pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya dilakukan segera setelah masa nifas habis. Karena pada waktu tersebut ibu akan kembali memasuki masa subur yang diperkirakan terjadi ovulasi (lepasnya sel telur matang dari folikel/kantung pada indung telur). Jika pada masa subur Anda melakukan hubungan intim tanoa kontrasepsi, mungkin saja terjadi kehamilan kembali. Oleh sebab itu, perlu memilih alat kontrasepsi yang aman.
Sebelum memilih alat kontrasepsi yang aman dan yang diinginkan, diskusikan hal ini dengan pasangan. Tentukan siapa yang akan menjalani metode alat kontrasepsi yang aman. Saat ini pria pun dapat menjadi pengguna alat kontrasepsi secara aman dan nyaman. Lakukan pula konsultasi dengan dokter kandungan. Riwayat kesehatan Anda berdua dapat menjadi acuan memilih alat kontraspesi paling tepat. Beberapa ibu yang mempunyai alergi tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi tertentu.
Saat ini banyak sekali pilihan alat kontrasepsi. Yang sebaiknya dipertimbangkan pertama kali adalah metode kontrasepsi non-hormonal atau tidak menggunakan hormon sebagai bahan aktifnya. Jenis ini tidak akan menganggu proses laktasi bagi ibu yang tengah menyusui bayi.
Pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya dilakukan segera setelah masa nifas habis. Karena pada waktu tersebut ibu akan kembali memasuki masa subur yang diperkirakan terjadi ovulasi (lepasnya sel telur matang dari folikel/kantung pada indung telur). Jika pada masa subur Anda melakukan hubungan intim tanoa kontrasepsi, mungkin saja terjadi kehamilan kembali. Oleh sebab itu, perlu memilih alat kontrasepsi yang aman.
Sebelum memilih alat kontrasepsi yang aman dan yang diinginkan, diskusikan hal ini dengan pasangan. Tentukan siapa yang akan menjalani metode alat kontrasepsi yang aman. Saat ini pria pun dapat menjadi pengguna alat kontrasepsi secara aman dan nyaman. Lakukan pula konsultasi dengan dokter kandungan. Riwayat kesehatan Anda berdua dapat menjadi acuan memilih alat kontraspesi paling tepat. Beberapa ibu yang mempunyai alergi tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi tertentu.
Saat ini banyak sekali pilihan alat kontrasepsi. Yang sebaiknya dipertimbangkan pertama kali adalah metode kontrasepsi non-hormonal atau tidak menggunakan hormon sebagai bahan aktifnya. Jenis ini tidak akan menganggu proses laktasi bagi ibu yang tengah menyusui bayi.
Posted in Alat Kontrasepsi
Tagged alat kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD), alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD, alat kontrasepsi diafragma, alat kontrasepsi iud, alat kontrasepsi kb, alat kontrasepsi spiral, alat kontrasepsi wanita, alat kontrasepsi yang aman, alat kontrasepsi yang paling aman, Cincin vagina, Diafragma, KB (keluarga Berencana), Kondom, Kondom perempuan, Kontrasepsi Hormonal
Leave a comment
Alat Kontrasepsi KB
Hampir semua pasangan suami -istri memerlukan perencanaan yang
matang dari kehamilan guna untuk membatasi jumlah anak dan menekan angka
kelahiran yang semakin bertambah. Banyak para pasangan suami-istri
melakukan program keluarga berencana yang memang diharuskan. Alasan
penggunaan alat kontrasepsi bagi para pasangan suami-istri untuk menunda
kehamilan, memberi jarak antara anak pertama dengan anak kedua sampai
pada tujuan yang mungkin bagi pasangan suami-istri yang telah dikarunia
banyak anak dengan menghentikan kehamilan.
Banyak alasan yang dikemukakan para pasangan suami-istri dalam menggunakan alat kontrasepsi yang mungkin disertai adanya suatu faktor yang terlihat seperti adanya faktor ekonomi, faktor kesiapan mental, faktor usia hingga faktor kesehatan.
Alat kontrasepsi memiliki berbagai macam jenis. Secara garis besar, alat kontrasepsi dibagi menjadi 3 bagian yakni kontrasepsi mekanik, kontrasepsi hormonal, dan konstrasepsi mantap. Berikut ulasan singkat dari berbagai macam atau jenis alat kontrasepsi :
1. Kontrasepsi mekanik
Disebut mekanik, karena memiliki sifat untuk melindungi. Kontrasepsi mekanik ini bekerja dengan cara mencegah pertemuan antara sel sperma dengan sel telur yang ada di dalam rahim. Yang termasuk dalam kontrassepsi mekanik ini , ialah kondom dan diafragma.
a. Kondom
Kondom yang dahulu terbuat dari usus atau kulit binatang, yang jika digunakan harus direndam terlebih dahulu, kini ada kondom yang terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis (lentur) berbentuk seperti kantong. Pada dasarnya fungsi kondom hanya untuk menampung sperma agar tidak masuk ke dalam vagina. Penggunaan kondom dinilai cukup efektif mencegah kehamilan hingga 90 %. Bahkan penggunaan kondom untuk pencegahan kehamilan akan semakin efektif apabila disertai penggunaan spermisida (pembunuh sperma) namun jarang sekali ditemukan pasangan suami istri yang menggunakan spermisida. Namun kemungkinan terjadinya kehamilan masih dapat terjadi dari survei yang dilakukan dari 100 pasangan suami-istri yang menggunakan alat kontrasepsi ini sekitar 4 orang wanita yang terjadi kehamilan.
Kondom mudah didapat, dan harga relatif terjangkau, tidak memerlukan resep dokter. Kondom selain berfungsi sbagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat digunakan sebagai suatu alat bantu dalam pencegahan penularan penyakit kelamin seksual.
b. Diafragma
Diafragma bentuknya hampir menyerupai kondom. Diafragma berbentuk seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma terbuat dari bahan karet namun agak tebal dibanding dengan kondom. Kondom berbahan karet tipis yang masih memiliki kemungkinan terjadinya kebocoran. Namun berbeda dengan diafragma yang berbahan karet tebal sehingga tidak memungkinkan terjadinya kebocoran. Diafragma ini hanya digunakan ketika ingin melakukan hubungan intim, usai melakukan aktivitas seksual dapat dilepaskan kembali atau tetap berada pada tempatnya. Jenis kontrasepsi yang satu ini cukup efektif dalam mencegah kehamilan yang cara kerjanya hanya dimasukkan ke dalam vagina, untuk mencegah masuknya sperma ke dalam rahim.
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD atau yang lebih dikenal sebagai alat kontrasepsi spiral. AKDR atau IUD ini berbentuk alat kecil dan banyak variasi. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD) atau spiral ini ada yang terbuat dari plastik seperti huruf S (Lippes Loop), tembaga yang berbentuk seperti angka 7 (tujuh/ Copper Seven) dan huruf T (Copper T) serta ada yang berbentuk seperti sepatu kuda (Multiload).
Dari beberapa jenis alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD ini yang paling sering digunakan adalah jenis Copper T dan Multiload. Kedua alat kontrasepsi tersebut dipilih karena kenyamannya. Adapula model terbaru dari Copper T yakni Nova T yang memiliki keunggulan karena lebih lembut.
Alat kontrasepsi Dalam Rahim ini hanya dapat dilakukan dan dipasang lelh dokter ahli atau bidan yang sudah terlatih. Fungsi dari AKDR ini adalah mencegah kehamilan dengan mencegah sel telur yang telah dibuahi bersarang di dalam rahim. AKDR atau IUD dapat bertahan di dalam rahim selama 2-5 tahun dan dapat dikeluarkan kembali apabila ada keinginan untuk hamil kembali.
Namun disarankan bagi wanita atau istri yang menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam rahim ini harus melakukan pemeriksaan ulang, entah 2 minggu sekali, 3 bulan sekal, 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali setelah pemasangan alat konrasepsi ini. Penggunaan alat kontrasepsi yang dipilih tanpa adanya bahan aktif Copper dapat digunakan hingga menjelang menopause, namun apabila penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung bahan aktif Copper 3-4 tahun harus diganti.
Hal yang perlu diingat alat kontrasepsi jenis ini dapat menimbulkan infeks vagina, pendarahan, keputihan yang disebabkan dari benang pada alat kontrasepsi yang digunakan. Disarankan apabila terdapat infeksi genetalia atau pendarahan yang tidak jelas sebaiknya jangan menggunakan alat kontrasepsi jenis ini. Namun keuntungan dari alat kontrasepsi jenis ini adalah dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak mempengaruhi produksi ASI bagi ibu atau wanita yang sedang dalam menyusui balita.
d. Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang berbahan kimia yang dapat membunuh sperma. Spermisida memiliki variasi bentuk ada yang berbentuk busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet atau aerosol. Penggunaan alat kontrsepsi jenis ini memang dinilai kurang efektif karena dapat menimbulkan ketidaknyaman, ketidak puasan pasangan dalam mencapai orgasme dan menimbulkan alergi yang tidak enak.
Namun masih ada beberapa wanita yang menggunakan alat kontrasepsi jenis ini. Kontrasepsi jenis ini digunakan dengan cara sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina, dan tunggu sekitar 5-10 menit pemasangan, hubungan sekual baru dapat dilakukan. Keefektifan alat kontrasepsi ini dinilai efektif apabila dikombinasikan dengan alat lain seperti kondom atau diafragma.
Jenis alat kontrasepsi apapun masih memungkinkan terjadinya kehamilan. untuk alat kontrasepsi jenis ini, menurut survei dari 100 pasanagn dalam setahun, ada 3 wanita yang haml, bahkan ada beberapa kasus yang terjadi karena salah pemasangan atau pemakaiannya, dapat terjadi kehamilan sampai 30 kehamilan.
2. Kontrasepsi Hormonal
Jenis kontrasepsi hormonal ini diambil dari kombinasi antara hormon estorgen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi jenis ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan atau susuk.
Kontrasepsi hormonal ini dilakukan dengan cara menggunakan hormon progesteron dengan mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur dan mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sel sperma kesulitan untuk menembus masuk ke sel telur, membuat lapisan rahim menjadi tipis dan hasil konsepsi tidak dapat tumbuh, serta menghambat jalannya saluran telur sehingga sel sperma sulit bertemu dengan sel telur.
a. Pil atau Tablet
Dengan minum pil KB merupakan salah satu alat kontrasepsi yang banyak digunakan para wanita atau istri dari sekian banyaknya alat kontrasepsi. Di Indonesia, banyak wanita yang menggunakan PIL KB atau disuntikan sebagai alat kontrasepsi yang dinilai aman. Pil KB memiliki berbagai macam, ada pil yang hanya mengandung hormon progesteron, adapula yang mengandung kombinasi antara progesteron dan estrogen.
Namun penggunaan pil KB ini dinilai cukup rumit karena menggunakan sistem kalender laykanya siklus haid (sekuensial). Dengan menggunakan sistem kalender ini mereka para wanita dapat mengetahui batasan waktu dalam mengkonsumsi pil KB ini. Pil KB menggunakan 2 cara yakni
- Diminum dengan menggunakan sistem 28, yang artinya pil diminum terus-menerus tanpa berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo)
- Dengan sistem 22/21, yakni pil diminum terus-menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapatkan kesempatan menstruasi.
Namun pada beberapa wanita yang menggunakan Pil KB sebagai alat kontrasepsi ini, mengalami siklus menstruasi dengan perbandingan. Apabila wanita mengkonsumsi pil KB dengan efek estorgen yang tinggi akan mengalami menstruasi kurang dari 4 hari. Sedangkan dengan menggunakan pil KB dengan kadar estrogen yang rendah akan mengalami menstruasi lebih dari 6 hari.
Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi ini menyebabkan seorang wanita mudah tersinggung, mudah tegang dan stress, bertambahnya berat badan, nyeri kepala, darah menstruasi yang banyak seperti pendarahan. Sedangkan yang berkolaborasi progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama menjadi kering.
Efek samping lainnya dari pemakaian pil KB dalam jangka waktu yang cukup lama akan menekan fungsi ovarium. Tak hanya itu efek samping lainnya seperti rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, timbul bercak di kulit wajah seperti flek hitam sampai mempengaruhi fungsi organ ginjal dan hati. Pil KB yang mengandung estrogen dapat mengganggu produksi ASI.
Kelebihan dari pil KB ini dapat meningkatkan gairah seksual, sekaligus sebagai obat untuk mengobati penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid. Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen. Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.
b. Suntikan
Kontrasepsi yang menggunakan sutikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem).
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Kontrasepsi dengan menggunakan suntikan ini dapat membuat tubuh mengalami kenaikan berat badan karena menigkatnya nafsu makan. Tak hanya itu membuat lendir rahim menjadi tipis sehingga menstruasi menjadi sedikit, bahkan beberapa wanita tidak mengalami menstruasi sama sekali. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.
c. Susuk
Susuk juga digunakan sebagai alat kontrasepsi wanita atau yang juga disebut sebagai alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kukit pada lengan kiri atas. Bentuk susuk ini seperti tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan 6 buah kapsul. Susuk yang ditanam dibawah kulit ini berisi zat aktif yang berupa hormon atau levonorgestrel. Kemudian susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Susuk ini bekerja dengan cara menghalangi terjadinya ovulasi (pembuahan) dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.
Dampak negatif dari penggunaan alat kontrasepsi jenis susuk ini berupa terganggunya menstruasi, haid tidak lancar, bercak atau tidak mengalami menstruasi sama sekali. Selain itu mengalami kenaikan berat tubuh, ketegangan payudara dan liang vagina terasa kering. Timbul infeksi pada pencabutan susuk yang disebabkan susuk sulit untuk dikeluarkan karena pemasangan susuk yang terlalau dalam.
3. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap, jarang sekali dilakukan para pasangan suami-istri. Kalau pun dilakukan didasari alasan yang sangat umum yakni merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Kontrasepsi mantap ini dilakukan dengan jalan operasi pemotongan atau memutuskan saluran sperma pada pria yang disebut vasektomi begitu pula dengan wanita memutuskan atau memotong saluran sel telur yang disebut dengan tubektomi. Sehingga tidak akan terjadi kehamilan kembali atau tidak akan memiliki keturunan.
Banyak alasan yang dikemukakan para pasangan suami-istri dalam menggunakan alat kontrasepsi yang mungkin disertai adanya suatu faktor yang terlihat seperti adanya faktor ekonomi, faktor kesiapan mental, faktor usia hingga faktor kesehatan.
Alat kontrasepsi memiliki berbagai macam jenis. Secara garis besar, alat kontrasepsi dibagi menjadi 3 bagian yakni kontrasepsi mekanik, kontrasepsi hormonal, dan konstrasepsi mantap. Berikut ulasan singkat dari berbagai macam atau jenis alat kontrasepsi :
1. Kontrasepsi mekanik
Disebut mekanik, karena memiliki sifat untuk melindungi. Kontrasepsi mekanik ini bekerja dengan cara mencegah pertemuan antara sel sperma dengan sel telur yang ada di dalam rahim. Yang termasuk dalam kontrassepsi mekanik ini , ialah kondom dan diafragma.
a. Kondom
Kondom yang dahulu terbuat dari usus atau kulit binatang, yang jika digunakan harus direndam terlebih dahulu, kini ada kondom yang terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis (lentur) berbentuk seperti kantong. Pada dasarnya fungsi kondom hanya untuk menampung sperma agar tidak masuk ke dalam vagina. Penggunaan kondom dinilai cukup efektif mencegah kehamilan hingga 90 %. Bahkan penggunaan kondom untuk pencegahan kehamilan akan semakin efektif apabila disertai penggunaan spermisida (pembunuh sperma) namun jarang sekali ditemukan pasangan suami istri yang menggunakan spermisida. Namun kemungkinan terjadinya kehamilan masih dapat terjadi dari survei yang dilakukan dari 100 pasangan suami-istri yang menggunakan alat kontrasepsi ini sekitar 4 orang wanita yang terjadi kehamilan.
Kondom mudah didapat, dan harga relatif terjangkau, tidak memerlukan resep dokter. Kondom selain berfungsi sbagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat digunakan sebagai suatu alat bantu dalam pencegahan penularan penyakit kelamin seksual.
b. Diafragma
Diafragma bentuknya hampir menyerupai kondom. Diafragma berbentuk seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma terbuat dari bahan karet namun agak tebal dibanding dengan kondom. Kondom berbahan karet tipis yang masih memiliki kemungkinan terjadinya kebocoran. Namun berbeda dengan diafragma yang berbahan karet tebal sehingga tidak memungkinkan terjadinya kebocoran. Diafragma ini hanya digunakan ketika ingin melakukan hubungan intim, usai melakukan aktivitas seksual dapat dilepaskan kembali atau tetap berada pada tempatnya. Jenis kontrasepsi yang satu ini cukup efektif dalam mencegah kehamilan yang cara kerjanya hanya dimasukkan ke dalam vagina, untuk mencegah masuknya sperma ke dalam rahim.
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD atau yang lebih dikenal sebagai alat kontrasepsi spiral. AKDR atau IUD ini berbentuk alat kecil dan banyak variasi. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD) atau spiral ini ada yang terbuat dari plastik seperti huruf S (Lippes Loop), tembaga yang berbentuk seperti angka 7 (tujuh/ Copper Seven) dan huruf T (Copper T) serta ada yang berbentuk seperti sepatu kuda (Multiload).
Dari beberapa jenis alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD ini yang paling sering digunakan adalah jenis Copper T dan Multiload. Kedua alat kontrasepsi tersebut dipilih karena kenyamannya. Adapula model terbaru dari Copper T yakni Nova T yang memiliki keunggulan karena lebih lembut.
Alat kontrasepsi Dalam Rahim ini hanya dapat dilakukan dan dipasang lelh dokter ahli atau bidan yang sudah terlatih. Fungsi dari AKDR ini adalah mencegah kehamilan dengan mencegah sel telur yang telah dibuahi bersarang di dalam rahim. AKDR atau IUD dapat bertahan di dalam rahim selama 2-5 tahun dan dapat dikeluarkan kembali apabila ada keinginan untuk hamil kembali.
Namun disarankan bagi wanita atau istri yang menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam rahim ini harus melakukan pemeriksaan ulang, entah 2 minggu sekali, 3 bulan sekal, 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali setelah pemasangan alat konrasepsi ini. Penggunaan alat kontrasepsi yang dipilih tanpa adanya bahan aktif Copper dapat digunakan hingga menjelang menopause, namun apabila penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung bahan aktif Copper 3-4 tahun harus diganti.
Hal yang perlu diingat alat kontrasepsi jenis ini dapat menimbulkan infeks vagina, pendarahan, keputihan yang disebabkan dari benang pada alat kontrasepsi yang digunakan. Disarankan apabila terdapat infeksi genetalia atau pendarahan yang tidak jelas sebaiknya jangan menggunakan alat kontrasepsi jenis ini. Namun keuntungan dari alat kontrasepsi jenis ini adalah dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak mempengaruhi produksi ASI bagi ibu atau wanita yang sedang dalam menyusui balita.
d. Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang berbahan kimia yang dapat membunuh sperma. Spermisida memiliki variasi bentuk ada yang berbentuk busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet atau aerosol. Penggunaan alat kontrsepsi jenis ini memang dinilai kurang efektif karena dapat menimbulkan ketidaknyaman, ketidak puasan pasangan dalam mencapai orgasme dan menimbulkan alergi yang tidak enak.
Namun masih ada beberapa wanita yang menggunakan alat kontrasepsi jenis ini. Kontrasepsi jenis ini digunakan dengan cara sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina, dan tunggu sekitar 5-10 menit pemasangan, hubungan sekual baru dapat dilakukan. Keefektifan alat kontrasepsi ini dinilai efektif apabila dikombinasikan dengan alat lain seperti kondom atau diafragma.
Jenis alat kontrasepsi apapun masih memungkinkan terjadinya kehamilan. untuk alat kontrasepsi jenis ini, menurut survei dari 100 pasanagn dalam setahun, ada 3 wanita yang haml, bahkan ada beberapa kasus yang terjadi karena salah pemasangan atau pemakaiannya, dapat terjadi kehamilan sampai 30 kehamilan.
2. Kontrasepsi Hormonal
Jenis kontrasepsi hormonal ini diambil dari kombinasi antara hormon estorgen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi jenis ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan atau susuk.
Kontrasepsi hormonal ini dilakukan dengan cara menggunakan hormon progesteron dengan mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur dan mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sel sperma kesulitan untuk menembus masuk ke sel telur, membuat lapisan rahim menjadi tipis dan hasil konsepsi tidak dapat tumbuh, serta menghambat jalannya saluran telur sehingga sel sperma sulit bertemu dengan sel telur.
a. Pil atau Tablet
Dengan minum pil KB merupakan salah satu alat kontrasepsi yang banyak digunakan para wanita atau istri dari sekian banyaknya alat kontrasepsi. Di Indonesia, banyak wanita yang menggunakan PIL KB atau disuntikan sebagai alat kontrasepsi yang dinilai aman. Pil KB memiliki berbagai macam, ada pil yang hanya mengandung hormon progesteron, adapula yang mengandung kombinasi antara progesteron dan estrogen.
Namun penggunaan pil KB ini dinilai cukup rumit karena menggunakan sistem kalender laykanya siklus haid (sekuensial). Dengan menggunakan sistem kalender ini mereka para wanita dapat mengetahui batasan waktu dalam mengkonsumsi pil KB ini. Pil KB menggunakan 2 cara yakni
- Diminum dengan menggunakan sistem 28, yang artinya pil diminum terus-menerus tanpa berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo)
- Dengan sistem 22/21, yakni pil diminum terus-menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapatkan kesempatan menstruasi.
Namun pada beberapa wanita yang menggunakan Pil KB sebagai alat kontrasepsi ini, mengalami siklus menstruasi dengan perbandingan. Apabila wanita mengkonsumsi pil KB dengan efek estorgen yang tinggi akan mengalami menstruasi kurang dari 4 hari. Sedangkan dengan menggunakan pil KB dengan kadar estrogen yang rendah akan mengalami menstruasi lebih dari 6 hari.
Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi ini menyebabkan seorang wanita mudah tersinggung, mudah tegang dan stress, bertambahnya berat badan, nyeri kepala, darah menstruasi yang banyak seperti pendarahan. Sedangkan yang berkolaborasi progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama menjadi kering.
Efek samping lainnya dari pemakaian pil KB dalam jangka waktu yang cukup lama akan menekan fungsi ovarium. Tak hanya itu efek samping lainnya seperti rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, timbul bercak di kulit wajah seperti flek hitam sampai mempengaruhi fungsi organ ginjal dan hati. Pil KB yang mengandung estrogen dapat mengganggu produksi ASI.
Kelebihan dari pil KB ini dapat meningkatkan gairah seksual, sekaligus sebagai obat untuk mengobati penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid. Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen. Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.
b. Suntikan
Kontrasepsi yang menggunakan sutikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem).
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Kontrasepsi dengan menggunakan suntikan ini dapat membuat tubuh mengalami kenaikan berat badan karena menigkatnya nafsu makan. Tak hanya itu membuat lendir rahim menjadi tipis sehingga menstruasi menjadi sedikit, bahkan beberapa wanita tidak mengalami menstruasi sama sekali. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.
c. Susuk
Susuk juga digunakan sebagai alat kontrasepsi wanita atau yang juga disebut sebagai alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kukit pada lengan kiri atas. Bentuk susuk ini seperti tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan 6 buah kapsul. Susuk yang ditanam dibawah kulit ini berisi zat aktif yang berupa hormon atau levonorgestrel. Kemudian susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Susuk ini bekerja dengan cara menghalangi terjadinya ovulasi (pembuahan) dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.
Dampak negatif dari penggunaan alat kontrasepsi jenis susuk ini berupa terganggunya menstruasi, haid tidak lancar, bercak atau tidak mengalami menstruasi sama sekali. Selain itu mengalami kenaikan berat tubuh, ketegangan payudara dan liang vagina terasa kering. Timbul infeksi pada pencabutan susuk yang disebabkan susuk sulit untuk dikeluarkan karena pemasangan susuk yang terlalau dalam.
3. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap, jarang sekali dilakukan para pasangan suami-istri. Kalau pun dilakukan didasari alasan yang sangat umum yakni merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Kontrasepsi mantap ini dilakukan dengan jalan operasi pemotongan atau memutuskan saluran sperma pada pria yang disebut vasektomi begitu pula dengan wanita memutuskan atau memotong saluran sel telur yang disebut dengan tubektomi. Sehingga tidak akan terjadi kehamilan kembali atau tidak akan memiliki keturunan.
Posted in Alat Kontrasepsi, Jenis Alat Kontrasepsi
Tagged alat kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD), alat kontrasepsi diafragma, alat kontrasepsi iud, alat kontrasepsi kb, alat kontrasepsi spiral, alat kontrasepsi suntik, alat kontrasepsi wanita, alat kontrasepsi yang aman, alat kontrasepsi yang paling aman, Diafragma, Kondom, Kontrasepsi Hormonal, Kontrasepsi mekanik, Pil atau Tablet KB, Spermisida, Suntikan KB
Leave a comment
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Keluarga yang berkualiatas adalah keluaraga yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri dan memiliki jumlah anak yang cukup ideal dan lain
sebagainya. Terkadang ada beberapa pasangan yang mengeluhkan adanya
banyak anak karena seorang wanita atau istri tidak melakukan KB
(keluarga Berencana). Program BKKBN telah digalakkan untuk menekan
jumlah angka kelahiran yang semakin bertambah setiap tahunnya, berbagai
penyuluhan pun dilakukan untuk memiliki jumlah anak yang disesuaikan
dengan kemampuan diri dan faktor ekonomi.
Kini banyak wanita telah melakukan KB dengan menggunakan alat kontrasepsi yang dinilai aman dan ideal untuk digunakan. Salah satunya adalah IUD atau yang lebih dikenal alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Berikut ini penjelasan singkat mengenai alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) berupa keuntungan, kekurangan dari AKDR atau IUD, yakni :
- IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dinilai cukup efektif, reversibel dan berjangka panjang dapat bertahan hingga 10 tahun
- Membuat haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
- Dilakukan oleh dokter ahli dibidangnya dalam hal pemasangan dan pengeluaran atau pencabutan kembali.
- AKDR atau IUD ini dapat digunakan oleh semua wanita dalam usia produktfi. Akan tetapi, tidak diperkenankan digunakan oleh wanita yang terjangkit infeksi menular pada organ kewanitaannya.
- IUD dapat memperlambat kemampuan sel sperma pria untuk menembus masuk ke tuba fallopi atau oviduk atau buluh rahim.
- Mempengaruhi fertilisasi (pembuahan) sebelum menuju ovum untuk mencapai kavum uteri.
- Fungsi utama AKDR atau IUD ini adalah pertemuan antara sel sperma dan sel telur agar tidak terjadi pembuahan. Meskipun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam organ intim wanita dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (pembuahan).
Keuntungan yang didapat dengan menggunakan IUD atau AKDR sebagai alat kontrasepsi pilihan :
1. AKDR dinilai cukup memiliki ke-efektivan dalam mencegah atau menggagalkan kehamilan sekitar 0,6-0,8 dari 100 wanita dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
2. AKDR dapat bekerja optimal setelah dipasang.
3. Bertahan dalam waktu yang cukup lama kira-kira 10 tahun perlindungan dari CuT-380A dan tidak perlu diganti.
4. Tidak menganggu atau merusak hubungan seksual anda dengan pasangan.
5. Tidak menimbulkan efek samping pada fungsi hormonal seksual dengan CuT-380A.
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
7. AKDR atau IUD, dapat dipasang segera sesudah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
8. AKDR atau IUD ini dapat digunakan oleh wanita hingga masa meopause tiba.
9. Tidak mempengaruhi atau berinteraksi langsung terhadap obat-obatan.
10. Membantu mencegah kehamilan secara ektopik.
Kekurangan atau kelemahan dan atau efek samping yang terjadi dari kontrasepsi IUD :
1. Terjadi perubahan pada siklus menstruasi, membuat menstruasi menjadi lama dan banyak, pendarahan antar menstruasi, nyeri dan sakit pada saat menstruasi datang.
2. Setelah pemasangan akan merasa sakit yang juga dapat disertai kejang selama 3-5 hari.
3. Jika sedang menstruasi, seperti terjadi pendarahan yang cukup berat yang dapat disertai dengan anemia atau kekurangan darah.
4. Terjadi perforasi pada dinding uterus (namun sangat jarang terjadi, apabila terjadi biasanya disebabkan oleh pemasangan yang tidak benar).
5. AKDR atau IUD ini tidak dapat mencegah dari penyakit seksual yang menular seperti HIV/AIDS.
6. AKDR atau IUD ini tidak disarankan digunakan pada wanita yang kerap kali berganti pasangan dan terjangkit penyakit seksual yang menular akibat infeksi.
7. Terjadi peradangan pada panggul yang terjadi usai wanita yang terinfeksi penyakit seksual menular tetap menggunakan alat kontrasepsi jenis ini, sehingga dapat memicu infertilitas.
8. Akan mengalami sedikit rasad nyeri dan oendarahan (spotting) usai pemasangan AKDR. Namun dapat menghilang dalam 1-2 hari.
9. Pemasangan dan pencabutan AKDR atau IUD ini hanya dapat dilakukan oleh dokter ahli atau bidan yang terlatih.
10. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui, biasnaya terjadi apabila akdr dipasang usai melahirkan.
11. Tidak dapat mencegah kehamilan ektopik karena fungsinya hanya untuk mencegah kehamilan normal.
12. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi jenis ini, diharuskan unuk memeriksa posisi dari benang AKDR dari waktu ke waktu atau setiap 1 bulan sekali.
Selain keuntungan dan kekurangan dari pengunaan AKDR atau IUD ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ini hanya boleh digunakan oleh :
1. Wanita yang masih dalam usia produktif
2. Dalam keadaan nulipara
3. Seorang wanita yang menginginkan atau menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
4. Wanita yang sedang dalam masa menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Wanita yang pasca melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak diketahui atau terlihat adanya infeksi
7. Tidak memiliki resiko atau tidak memiliki dari infeksi meular secara seksual
Seseorang yang tidak diperbolehkan menggunakan AKDR atau IUD (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) :
1. Sedang dalam masa kehamilan
2. Terjadi pendarahan pada vagina yang tidak diketahui
3. Menderita infeksi pada organ vital ( misalnya vaginitis, servisitis)
4. Adanya kelainan uterus yang tidak normal atau tumor jinak pada rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
5. Terindeksi adanya penyakit trofoblas yang ganas
6. Diketahui terinfeksi penyakit TBC pelvik
7. Adanya kanker yang berada di organ kewanitaan
8. Ukuran rongga rahim yang kurang dari 5 cm.
Kini banyak wanita telah melakukan KB dengan menggunakan alat kontrasepsi yang dinilai aman dan ideal untuk digunakan. Salah satunya adalah IUD atau yang lebih dikenal alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Berikut ini penjelasan singkat mengenai alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) berupa keuntungan, kekurangan dari AKDR atau IUD, yakni :
- IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dinilai cukup efektif, reversibel dan berjangka panjang dapat bertahan hingga 10 tahun
- Membuat haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
- Dilakukan oleh dokter ahli dibidangnya dalam hal pemasangan dan pengeluaran atau pencabutan kembali.
- AKDR atau IUD ini dapat digunakan oleh semua wanita dalam usia produktfi. Akan tetapi, tidak diperkenankan digunakan oleh wanita yang terjangkit infeksi menular pada organ kewanitaannya.
Gambar model – model alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD
Cara Kerja AKDR atau IUD :- IUD dapat memperlambat kemampuan sel sperma pria untuk menembus masuk ke tuba fallopi atau oviduk atau buluh rahim.
- Mempengaruhi fertilisasi (pembuahan) sebelum menuju ovum untuk mencapai kavum uteri.
- Fungsi utama AKDR atau IUD ini adalah pertemuan antara sel sperma dan sel telur agar tidak terjadi pembuahan. Meskipun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam organ intim wanita dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (pembuahan).
Keuntungan yang didapat dengan menggunakan IUD atau AKDR sebagai alat kontrasepsi pilihan :
1. AKDR dinilai cukup memiliki ke-efektivan dalam mencegah atau menggagalkan kehamilan sekitar 0,6-0,8 dari 100 wanita dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
2. AKDR dapat bekerja optimal setelah dipasang.
3. Bertahan dalam waktu yang cukup lama kira-kira 10 tahun perlindungan dari CuT-380A dan tidak perlu diganti.
4. Tidak menganggu atau merusak hubungan seksual anda dengan pasangan.
5. Tidak menimbulkan efek samping pada fungsi hormonal seksual dengan CuT-380A.
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
7. AKDR atau IUD, dapat dipasang segera sesudah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
8. AKDR atau IUD ini dapat digunakan oleh wanita hingga masa meopause tiba.
9. Tidak mempengaruhi atau berinteraksi langsung terhadap obat-obatan.
10. Membantu mencegah kehamilan secara ektopik.
Kekurangan atau kelemahan dan atau efek samping yang terjadi dari kontrasepsi IUD :
1. Terjadi perubahan pada siklus menstruasi, membuat menstruasi menjadi lama dan banyak, pendarahan antar menstruasi, nyeri dan sakit pada saat menstruasi datang.
2. Setelah pemasangan akan merasa sakit yang juga dapat disertai kejang selama 3-5 hari.
3. Jika sedang menstruasi, seperti terjadi pendarahan yang cukup berat yang dapat disertai dengan anemia atau kekurangan darah.
4. Terjadi perforasi pada dinding uterus (namun sangat jarang terjadi, apabila terjadi biasanya disebabkan oleh pemasangan yang tidak benar).
5. AKDR atau IUD ini tidak dapat mencegah dari penyakit seksual yang menular seperti HIV/AIDS.
6. AKDR atau IUD ini tidak disarankan digunakan pada wanita yang kerap kali berganti pasangan dan terjangkit penyakit seksual yang menular akibat infeksi.
7. Terjadi peradangan pada panggul yang terjadi usai wanita yang terinfeksi penyakit seksual menular tetap menggunakan alat kontrasepsi jenis ini, sehingga dapat memicu infertilitas.
8. Akan mengalami sedikit rasad nyeri dan oendarahan (spotting) usai pemasangan AKDR. Namun dapat menghilang dalam 1-2 hari.
9. Pemasangan dan pencabutan AKDR atau IUD ini hanya dapat dilakukan oleh dokter ahli atau bidan yang terlatih.
10. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui, biasnaya terjadi apabila akdr dipasang usai melahirkan.
11. Tidak dapat mencegah kehamilan ektopik karena fungsinya hanya untuk mencegah kehamilan normal.
12. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi jenis ini, diharuskan unuk memeriksa posisi dari benang AKDR dari waktu ke waktu atau setiap 1 bulan sekali.
Selain keuntungan dan kekurangan dari pengunaan AKDR atau IUD ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ini hanya boleh digunakan oleh :
1. Wanita yang masih dalam usia produktif
2. Dalam keadaan nulipara
3. Seorang wanita yang menginginkan atau menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
4. Wanita yang sedang dalam masa menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Wanita yang pasca melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak diketahui atau terlihat adanya infeksi
7. Tidak memiliki resiko atau tidak memiliki dari infeksi meular secara seksual
Seseorang yang tidak diperbolehkan menggunakan AKDR atau IUD (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) :
1. Sedang dalam masa kehamilan
2. Terjadi pendarahan pada vagina yang tidak diketahui
3. Menderita infeksi pada organ vital ( misalnya vaginitis, servisitis)
4. Adanya kelainan uterus yang tidak normal atau tumor jinak pada rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
5. Terindeksi adanya penyakit trofoblas yang ganas
6. Diketahui terinfeksi penyakit TBC pelvik
7. Adanya kanker yang berada di organ kewanitaan
8. Ukuran rongga rahim yang kurang dari 5 cm.
Posted in Alat Kontrasepsi
Tagged alat kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD, alat kontrasepsi diafragma, alat kontrasepsi iud, alat kontrasepsi kb, alat kontrasepsi spiral, alat kontrasepsi suntik, alat kontrasepsi wanita, alat kontrasepsi yang aman, alat kontrasepsi yang paling aman, KB (keluarga Berencana), Program BKKBN
Leave a comment
Jenis – Jenis Alat Kontrasepsi
Bagi mereka yang sudah menikah atau telah lama menikah dan ingin
menunda atau belum mau memiliki anak atau mencegah kehamilan berikutnya
dengan berbagai alasan tertentu, biasanya wanita akan melakukan atau
mengikuti anjuran program dalam keluarga berencana dengan menggunakan
beberapa alat kontrasepsi yang menurutnya aman digunakan.
Dalam menggunakan alat kontrasepsi, seorang wanita dituntut untuk bijaksana dan pintar dalam memilih alat kontrasepsi yang aman digunakan. Berikut beberapa macam atau jenis alat kontarsepsi yang bisa digunakan dan menjadi beberapa pilihan para wanita :
1. Pil KB
Alat kontrasepsi memiliki banyak ragam dan jenis. Salah satunya adalah dengan menggunakan pil KB yang banyak mengandung beberapa komponen hormon estrogen dan progesteron. Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang dinilai beberapa wanita sebagai alat kontrasepsi yang cukup aman, harga terjangkau dan ekonomis. Alat kontrasepsi yang menggunakan pil dinilai cukup efektif dalam mencegah ovulasi (pembuhaan) dan mengentalkan lendir serviks sehingga sel sperma tidak dapat mencapai uterus.
Pil KB yang dinilai cukup efektif yang memberikan jaminan perlindungan 100 % dengan catatan harus rutin diminum selama 21 hari dan dihentikan selama 7 hari. Akan tetapi, pemilihan alat kontrasepsi dengan menggunakan pil menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, rasa mual, timbul jerawat dan kenaikan berat badan.
2. Cincin vagina
Alat kontarsepsi yang menggunakan cincin vagina memang cukup fleksibel. Cincin vagina yang hanya berdiameter sekitar 5 cm dengan cara memasukkan cincin vagina dengan menekan kedua tepi secara bersamaan dan kemudian dikeluarkan setelah 3 minggu. Setelah cincin vagina dikeluarkan, maka wanita akan mengalami siklus haid. Cincin vagina bekerja dengan cara melepaskan hormon estrogen dan progesteron secara langsung ke dinding vagina.
Namun cincin vagina ini hanya digunakan selama 1 bulan untuk mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) dan biasanya digunakan oleh wanita yang tidak cocok menggunakan pil KB sebagai alat kontrasepsi yang menimbulkan efek samping seperti pusing, rasa mual, dsb. Cincin vagina memiliki efek samping seperti infeksi vagina yang dapat sembuh dalam beberapa bulan. Cincin vagina ini hanya didapatkan dengan menggunakan resep dokter.
3. Spon
Spon merupakan sejenis alat berbentuk busa yang cara kerja dengan cara dimasukkan ke dalam vagina beberapa jam sebelum melakukan hubungan intim, dan biarkan didalam vagina selama 30 jam sesudah berhubungan. Spon yang dimasukkan ke dalam vagina bekerja dengan cara melepaskan zat pembunuh sperma (spermicide) saat berada dalam kondisi lembab karena air, dan ditempatkan diatas serviks.
Dampak buruknya dengan menggunakan spon sebagai alat kontrasepsi adalah tidak dapat mencegah penyakit seksual yang menular. Tak hanya itu spon ini dapat menyebabkan iritasi vagina dan membuat pengguna alat kontrasepsi jenis spon menjadi rentan terhadap mikroba.
4. Kondom perempuan
Alat kontrasepsi lainnya selain pil KB dan jenis kontrasepsi lainnya. Alat kontrasepsi lainnya dengan menggunakan kondom yang khusus dibuat untuk para wanita. Kondom yang dirancang khusus wanita ini berbentuk seperti kantung plastik panjang dengan cincin pada kedua ujungnya. Pada bagian ujung yang terbuka merupakan jalan masuk penis, sedangkan ujung yang tertutup yang dibuat khusus untuk menahan alat vital pria masuk ke dalam area serviks.
Saran untuk beberapa wanita yang ingin menggunakan kondom sebagai salah satu alat kontrasepsi yang dinilai efektif. Dengan cara menggunakannya, tekan pinggiran salah satu cincin secara bersamaan dan masukkan sejauh mungkin ke dalam vagina dan bagian cincin lainnya dibiarkan tergantung di luar tubuh.
5. Diafragma
Selain kondom yang digunakan sebagai alat kontrasepsi. Diafragama juga menjadi salah satu jenis alat kontrasepsi yang berbentuk tudung/mangkuk yang terbuat dari karet dan bersifat fleksibel. Diafragma ini dibuat dalam berbagai ukuran sehingga dapat dipilih yang paling pas dengan tubuh. Selain dapat mencegah kehamilan, diafragma juga sangat efektif dalam mencegah resiko kanker rahim.
Jika ingin menggunakan diafragma, lakukan hal yang berikut ini :
- Lapisi diafragma dengan zat pembunuh sperma, lipat setengah dan dorong masuk ke dalam vagina hingga menutupi serviks (leher rahim). Biarkan diafragma berada di dalam vagina selama kurang lebih 6 jam setelah melakukan aktivitas seksual bersama pasangan. Lalu keluarkan diafragma kurang lebih 24 jam untuk mencegah resiko dari infeksi kandung kemih.
6. Sterilisasi
Jenis kontrasepsi berikutnya adalah sterilisasi. Jarang sekali ditemui seorang wanita melakukan atau memilih alat kontrasepsi jenis ini. Meskipun ada sebagaian wanita yang mungkin menggunakan alat kontrasepsi ini dengan alasan telah memiliki banyak anak, faktor ekonomi dll. Alat kontrasepsi jenis satu ini merupakan alat pencegahan kehamilan yang bersifat permanen. Sterilisasi ini dikenal dengan istilah tubektomi yang bekerja dengan cara memotong atau menutup saluran telur yang terentang dari ujung atas rahim sampai kandung telur, sehingga membuat wanita tak dapat hamil lagi.
Metode ini tak hanya dapat dilakukan oleh wanita, namun pria pun dapat melakukannya jika pada pria disebut dengan vasektomi dengan cara mengikat atau memotong saluran sperma sehingga pria tidak dapat membuahkan sel telur atau dengan kata lain tidak dapat menghamili.
Dalam menggunakan alat kontrasepsi, seorang wanita dituntut untuk bijaksana dan pintar dalam memilih alat kontrasepsi yang aman digunakan. Berikut beberapa macam atau jenis alat kontarsepsi yang bisa digunakan dan menjadi beberapa pilihan para wanita :
1. Pil KB
Alat kontrasepsi memiliki banyak ragam dan jenis. Salah satunya adalah dengan menggunakan pil KB yang banyak mengandung beberapa komponen hormon estrogen dan progesteron. Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang dinilai beberapa wanita sebagai alat kontrasepsi yang cukup aman, harga terjangkau dan ekonomis. Alat kontrasepsi yang menggunakan pil dinilai cukup efektif dalam mencegah ovulasi (pembuhaan) dan mengentalkan lendir serviks sehingga sel sperma tidak dapat mencapai uterus.
Pil KB yang dinilai cukup efektif yang memberikan jaminan perlindungan 100 % dengan catatan harus rutin diminum selama 21 hari dan dihentikan selama 7 hari. Akan tetapi, pemilihan alat kontrasepsi dengan menggunakan pil menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, rasa mual, timbul jerawat dan kenaikan berat badan.
2. Cincin vagina
Alat kontarsepsi yang menggunakan cincin vagina memang cukup fleksibel. Cincin vagina yang hanya berdiameter sekitar 5 cm dengan cara memasukkan cincin vagina dengan menekan kedua tepi secara bersamaan dan kemudian dikeluarkan setelah 3 minggu. Setelah cincin vagina dikeluarkan, maka wanita akan mengalami siklus haid. Cincin vagina bekerja dengan cara melepaskan hormon estrogen dan progesteron secara langsung ke dinding vagina.
Namun cincin vagina ini hanya digunakan selama 1 bulan untuk mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) dan biasanya digunakan oleh wanita yang tidak cocok menggunakan pil KB sebagai alat kontrasepsi yang menimbulkan efek samping seperti pusing, rasa mual, dsb. Cincin vagina memiliki efek samping seperti infeksi vagina yang dapat sembuh dalam beberapa bulan. Cincin vagina ini hanya didapatkan dengan menggunakan resep dokter.
3. Spon
Spon merupakan sejenis alat berbentuk busa yang cara kerja dengan cara dimasukkan ke dalam vagina beberapa jam sebelum melakukan hubungan intim, dan biarkan didalam vagina selama 30 jam sesudah berhubungan. Spon yang dimasukkan ke dalam vagina bekerja dengan cara melepaskan zat pembunuh sperma (spermicide) saat berada dalam kondisi lembab karena air, dan ditempatkan diatas serviks.
Dampak buruknya dengan menggunakan spon sebagai alat kontrasepsi adalah tidak dapat mencegah penyakit seksual yang menular. Tak hanya itu spon ini dapat menyebabkan iritasi vagina dan membuat pengguna alat kontrasepsi jenis spon menjadi rentan terhadap mikroba.
4. Kondom perempuan
Alat kontrasepsi lainnya selain pil KB dan jenis kontrasepsi lainnya. Alat kontrasepsi lainnya dengan menggunakan kondom yang khusus dibuat untuk para wanita. Kondom yang dirancang khusus wanita ini berbentuk seperti kantung plastik panjang dengan cincin pada kedua ujungnya. Pada bagian ujung yang terbuka merupakan jalan masuk penis, sedangkan ujung yang tertutup yang dibuat khusus untuk menahan alat vital pria masuk ke dalam area serviks.
Saran untuk beberapa wanita yang ingin menggunakan kondom sebagai salah satu alat kontrasepsi yang dinilai efektif. Dengan cara menggunakannya, tekan pinggiran salah satu cincin secara bersamaan dan masukkan sejauh mungkin ke dalam vagina dan bagian cincin lainnya dibiarkan tergantung di luar tubuh.
5. Diafragma
Selain kondom yang digunakan sebagai alat kontrasepsi. Diafragama juga menjadi salah satu jenis alat kontrasepsi yang berbentuk tudung/mangkuk yang terbuat dari karet dan bersifat fleksibel. Diafragma ini dibuat dalam berbagai ukuran sehingga dapat dipilih yang paling pas dengan tubuh. Selain dapat mencegah kehamilan, diafragma juga sangat efektif dalam mencegah resiko kanker rahim.
Jika ingin menggunakan diafragma, lakukan hal yang berikut ini :
- Lapisi diafragma dengan zat pembunuh sperma, lipat setengah dan dorong masuk ke dalam vagina hingga menutupi serviks (leher rahim). Biarkan diafragma berada di dalam vagina selama kurang lebih 6 jam setelah melakukan aktivitas seksual bersama pasangan. Lalu keluarkan diafragma kurang lebih 24 jam untuk mencegah resiko dari infeksi kandung kemih.
6. Sterilisasi
Jenis kontrasepsi berikutnya adalah sterilisasi. Jarang sekali ditemui seorang wanita melakukan atau memilih alat kontrasepsi jenis ini. Meskipun ada sebagaian wanita yang mungkin menggunakan alat kontrasepsi ini dengan alasan telah memiliki banyak anak, faktor ekonomi dll. Alat kontrasepsi jenis satu ini merupakan alat pencegahan kehamilan yang bersifat permanen. Sterilisasi ini dikenal dengan istilah tubektomi yang bekerja dengan cara memotong atau menutup saluran telur yang terentang dari ujung atas rahim sampai kandung telur, sehingga membuat wanita tak dapat hamil lagi.
Metode ini tak hanya dapat dilakukan oleh wanita, namun pria pun dapat melakukannya jika pada pria disebut dengan vasektomi dengan cara mengikat atau memotong saluran sperma sehingga pria tidak dapat membuahkan sel telur atau dengan kata lain tidak dapat menghamili.
No comments:
Post a Comment